Oleh karena itu, saya justru melihat ada sisi positif ketika anak Jaksel menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa Inggris.Â
Pertama, gaya berbahasa anak Jaksel boleh jadi sebagai sarana untuk belajar bahasa Inggris. Belajar berbahasa Inggris dengan cara begini (sepertinya) lebih simpel dan santai.
Dikatakan simpel karena ketika belajar tidak perlu mendatangi atau mendatangkan guru les. Cukup belajar dari teman sendiri. Langsung praktik, tak perlu ada teori yang harus dipelajari. Kalau ada kesalahan, dapat langsung saling memberi pembetulan.
Dikatakan santai karena saat belajar tidak membutuhkan waktu khusus seperti ketika mengikuti les. Tapi, dapat dilakukan kapan saja, yang penting berkumpul.Â
Di situ bisa langsung terjadi proses "belajar". Selain itu, dapat dilakukan sambil beraktivitas apa pun, misalnya, nonkrong, makan bersama, dan nonton bareng.
Di dalam semuanya itu, tentu mereka (baca: anak Jaksel) mengerti bahwa dengan menguasai bahasa Inggris akan membuka banyak kemungkinan ke depan lebih baik. Yaitu, memiliki banyak relasi dan lebih luas jangkauannya.
Efek berikutnya, misalnya, mudah mencari pekerjaan. Sebab, kini, ternyata beberapa perusahaan besar merekrut tenaga kerja yang terampil berbahasa Inggris, selain memiliki keahlian khusus di bidangnya.
Beberapa waktu lalu, sebelum si sulung memperoleh pekerjaan seperti saat ini, sebuah perusahaan besar memanggilnya untuk berwawancara. Ternyata, saat wawancara menggunakan bahasa Inggris. Ia dinyatakan tidak lolos setelah wawancara  karena lemah di dalam bahasa Inggris.
Pun demikian melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, lebih-lebih di luar negeri, bahasa Inggris menjadi modal penting.
Jadi, tak menguasai bahasa Inggris, bisa gagal melanjutkan pendidikan yang didambakan. Dan, model belajar bahasa Inggris anak Jaksel dimungkinkan memberi kontribusi positif untuk akses ke sana.
Kedua, gaya berbahasa anak Jaksel menjadi tanda khusus bagi mereka dari kelompok lain. Tanda khusus ini sebagai jati diri mereka. Bukankah setiap orang, lebih-lebih  anak muda, di mana dan kapan pun selalu ingin memiliki sesuatu yang berbeda dengan  yang lain?