Media sosial (medsos) menjadi media untuk berkomunikasi yang handal pada era ini, salah satunya, melalui aplikasi WhatsApp (WA).Â
Bahkan, boleh jadi WA menduduki peringkat pertama di antara medsos yang lain sebagai media bagi masyarakat untuk berkomunikasi (terutama) menggunakan bahasa.Â
Buktinya, kita --nyaris-- setiap hari memanfaatkan WA dalam berkomunikasi. Orang-orang di sekitar kita pun melakukan  hal yang sama. Yaitu, membangun komunikasi dengan sesamanya menggunakan WA.
Kebiasaan menggunakan WA tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu. Hampir semua kalangan, mulai dari anak hingga dewasa, baik laki-laki maupun wanita. Semua ber-WA ria untuk berkomunikasi.Â
Dilihat dari sisi tempat pun, bersifat menyeluruh, dari perkotaan sampai pedesaan. Jadi, penggunaan WA sebagai media berkomunikasi sungguh-sungguh masif.
Pengguna WA dapat mengekspresikan bahasanya secara bebas. Oleh karena itu, disadari atau tidak, medsos jenis ini mampu menggairahkan orang dalam berbahasa.Â
Si bungsu yang sekarang masih SMP, misalnya, dalam pengamatan saya selama ini sangat lincah berkomunikasi dengan temannya melalui WA.Â
Bahasa mereka sangat mengalir. Mereka chatting (mengobrol) sangat lancar. Saya kira anak-anak yang lain seusia mereka memiliki kepintaran berbahasa yang relatif sama. Apalagi anak-anak yang lebih besar daripada mereka, misalnya anak-anak SMA dan yang sederajat.Â
Kepintaran berbahasa mereka melalui WA tentu lebih hebat. Maka, tak jarang di antara mereka sudah ada yang memiliki karya berbasis bahasa. Entah artikel atau sudah berwujud buku.Â
Lazimnya karya mereka diunggah di medsos, baik facebook, WA, maupun wattpad. Terhadap ikhtiar mereka, kita patut mengapresiasi sebab mereka sudah mengembangkan keterampilan berbahasa.