Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prei, Momen Mengumpulkan yang Berdiaspora

27 Desember 2019   21:08 Diperbarui: 28 Desember 2019   02:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu makanan saat berkumpul dinikmati bersama. (dok.pribadi)

Sebagai orang tua dari cucu-cucu beliau, kami, lebih-lebih saya sendiri, merasa sangat senang dan beruntung. Karena, mendengar langsung cerita pengalaman hidup nenek dan kakek mereka akan lebih berdampak daripada kami yang menceritakannya.

Beliau lebih fasih bercerita daripada kami. Sebab, secara jujur, kami tidak pernah mendongeng untuk anak-anak kami selama ini. Hal yang berbeda dengan nenek dan kakek mereka yang kadang-kadang masih mendongeng kepada kami ketika kami masih kanak-kanak.

Momen yang ditunggu oleh anak-anak adalah pembagian angpau. Mereka akan mendapat angpau dari nenek dan kakek. Juga akan mendapatkan angpau dari om dan tante (bulik dan paklik; bude dan pakde). Jadi, mereka pasti mendapat banyak uang.

Hanya, kami sebagai orang tua memang sudah bersepakat terlebih dahulu tidak setahu mereka tentang berapa jumlah uang untuk angpau.

Kami menyediakan uang dengan jumlah yang sama dalam setiap amplop. Jadi, anak-anak kami akan menerima amplop dan uang dalam jumlah yang sama. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mendapat uang lebih ketimbang yang lain.

Cara seperti itu kami lakukan agar tidak ada perbedaan di antara mereka. Pun tidak ada perbedaan di antara kami, orang tua-orang tua mereka, di hadapan mereka. Kami sama. Tidak ada yang dipandang kaya. Pun tidak ada yang dipandang kurang kaya. Kami melihat dengan cara begitu mereka begitu akrab dan merasa bahagia.

Makan-makan
Satu hal yang menjadi penanda berkumpul, di mana, kapan, dan siapa pun adalah makan-makan. Dalam kami berkumpul tidak ada menu yang mewah-mewah. Menunya sederhana saja. Sesuai dengan konteks desa sebab kami orang-orang desa.

Ada sayur bening, lodeh, dan ikan asin. Ayam goreng, opor ayam, tempe dan tahu goreng juga ada. Yang tidak ketinggalan adalah sayur urap. Jenis sayur itu kesukaan saya.

Oh, ya, ada juga mi goreng, semur jengkol dan petai. Petai juga kesukaan saya. Sambal terasi selalu ada. Menu pokok pastilah itu: nasi putih. Jenis minuman, teh manis dan air putih. Es sirup disediakan. Ini disukai oleh anak-anak. Berbagai jajan juga ada. 

Menu makanan saat berkumpul dinikmati bersama. (dok.pribadi)
Menu makanan saat berkumpul dinikmati bersama. (dok.pribadi)
Kami menikmati makanan tersebut bareng-bareng. Masing-masing mengambil jenis menu yang disukai. Menikmati makanan kesukaan secara bersama-sama dengan berkumpul semua saudara memang ada sensasi tersendiri. Apalagi momen begini, setahun sekali terjadi. Suasana yang berbeda kami mendapatinya.

Selain itu, di antara kami yang menyukai durian, juga makan durian. Kebetulan libur saat ini, di daerah kami, sedang musim durian. Jadi, mudah dan lebih murah mendapatkan durian. Sayang, saya tidak menyukai buah yang satu ini. Tetapi, saya merasa bahagia melihat mereka melahap durian. 

Makan durian bersama-sama. (dok.pribadi)
Makan durian bersama-sama. (dok.pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun