Kalau kita mengamati keadaan sekitar, betapa membludaknya bahasa. Begitu kita memasuki jalan utama, mata kita mulai dimanjakan oleh bahasa. Di sepanjang jalan banyak papan iklan, reklame, baliho, dan papan identias lainnya yang dipenuhi dengan bahasa.
Semua itu tidak hanya berdiri di atas pokok tiang, tetapi juga menempel di dinding rumah, pagar, dan pohon. Oleh karena itu, begitu pandangan kita menyapu sekeliling seakan yang tampak adalah pemandangan bahasa.
Belum lagi yang ada di media, baik media elektronik  maupun yang berjaringan internet. Keduanya menyuguhkan tayangan yang lebih seru, menarik, dan atraktif. Sebab, ada unsur gerak, suara, warna, dan cepat berganti-ganti penuh variasi. Agaknya media yang demikian yang berpengaruh dahsyat terhadap pemirsa.
Dalam semua media yang saya sebut di atas, setidaknya tampak antara bahasa dan gambar dipadukan menjadi satu, yang mampu "menggoda" emosi dan pikiran orang yang melihat.Â
Saya sendiri sering tergelitik, terkesima, dan berdecak kagum sehingga tersenyum sendiri, terutama setelah membaca tulisan-tulisan yang terpampang dan mendengar bahasa dalam tayangan.
Hal itu barangkali disebabkan oleh karena saya guru Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Indonesia, yang setiap hari bersentuhan dengan bahasa. Â Akan tetapi, saya harus jujur bahwa bahasa-bahasa iklan itu unik, seksi, dan genit.
Namun, saya pun harus jujur bahwa bahasa-bahasa iklan itu banyak yang "melanggar" kaidah bahasa yang benar. Struktur kalimat dibalik, diksi kurang tepat, dan ejaan terkesan semaunya. Bahkan, tidak sedikit bahasa iklan yang sulit dinalar. Akan tetapi, itulah realitas bahasa-bahasa iklan yang bertebaran di mana-mana.
Tampaknya di zaman sekarang, bahasa-bahasa semacam itu yang diminati pasar. Laku dijual. Makanya, banyak ditemukan di sekitar kita. Mari kita mencoba menghitung-hitung berapa banyak bahasa bergaya bebas yang mudah ditemukan di sekitar kita. Jumlahnya tentu tak terhingga.
Ya, jumlah bahasa bergaya bebas jauh lebih banyak ketimbang bahasa bergaya terikat (bahasa resmi). Dan, kenyataan itu yang kita hadapi sehari-hari sehingga seakan-akan otak kita sudah terpenuhi olehnya.Â
Maka, jangan heran kalau suatu ketika kita menjumpai orang-orang, tidak peduli tua atau muda, laki-laki atau wanita, tiba-tiba gaya bicaranya keiklan-iklanan.
Kehidupan anak-anak kita sehari-hari juga tidak dapat lepas dari keberadaan bahasa bergaya bebas tersebut. Sepanjang hari dari pagi hingga sore, mereka menjumpainya. Sepanjang jalan dari rumah sampai dengan sekolah tidak luput dari pemandangan bahasa-bahasa eksotis itu.