Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Lagi

5 Oktober 2019   21:46 Diperbarui: 5 Oktober 2019   21:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya memandang belajar sangat penting. Bagi siapa saja. Muda atau tua. Sekalipun sudah tua tidak berarti sudah oke. Semua bisa. Tidak. Bahkan, bidang yang selama ini ditekuninya saja belum tentu dikuasainya. Ada banyak pengetahuan yang masih tertimbun. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan usaha untuk menggalinya yaitu melalui belajar.

Tidak sedikit tantangan yang ada ketika seseorang, lebih-lebih yang sudah "berusia", hendak belajar. Tantangan dari diri sendiri, misalnya. Sudah sibuk karena pekerjaan kok mencari kesibukan lagi. Pulang bekerja saja sudah sore, kok sorenya mau kuliah. Gila. Mau mencari apa? Kalau hanya mencari pengetahuan bukankah cukup membaca buku?

Membaca buku memang menambah ilmu. Karena buku berisi pengetahuan. Penulis buku menuangkan semua pengetahuan dan pengalamannya melalui teks. Sehingga orang yang membaca buku itu niscaya memiliki banyak pengetahuan dan mengetahui pengalaman penulisnya, yang sebetulnya adalah ilmu pengetahuan.

Namun, kuliah tak hanya akan mendapat ilmu pengetahuan. Kuliah mendapat dorongan untuk selalu mau belajar. Sebab, kalau tidak mengikuti sistem kuliah, pasti tertinggal.

Target-target yang sudah ditentukan menjadi pelecut untuk semangat belajar. Selain itu, dalam kuliah juga memungkinkan pengetahuan selalu ter-update, selalu baru. Dan kebaruan umumnya merangsang orang untuk selalu berpikir.

Selanjutnya, semakin tua daya ingat seseorang semakin menurun. Anggapan ini berdasarkan pengalaman saya. Karena sejauh saya mengetahui, orang yang mengalami pikun umumnya ketika usia sudah tua. Orang yang sudah tua selalu mengaitkan kelupaannya atas sesuatu dengan pikun. Sedikit-sedikit ia mengatakan lupa.

Sekalipun boleh jadi hal itu hanya sebagai alasan. Menurunnya daya ingat akibat usia tua termasuk salah satu tantangan bagi orang-orang yang sudah berusia, tapi hendak belajar.

Tak dapat dipungkiri karena berhubungan dengan banyak orang, pro dan kontra selalu ada. Orang-orang (teman-teman) ada yang mendukung. Pun ada yang menolak. Masing-masing memiliki alasan.

Sekalipun usia sudah tidak lagi muda, kolega yang pro selalu mengatakan baik kalau hendak kuliah. Toh belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, long life education. Yang terpenting bukan soal usia, tetapi semangat belajar.

Sekalipun usia sudah tua, tetapi semangat belajar masih ada dan waktu memungkinkan, kenapa tidak? Begitu kira-kira argumentasi mereka.

Bahkan lebih daripada itu mereka dapat saja berpendapat begini. Kalau yang sudah usia tua saja masih mau kuliah, seharusnya yang muda memiliki semangat untuk kuliah. Dalam pemaknaan lain, orang-orang yang telah "berusia" masih kuliah dapat menjadi teladan bagi yang berusia muda.

Mereka yang kontra berpikir berbeda. Mungkin ada yang begini. Pasti ingin meraih posisi dalam pekerjaan sehingga sekalipun sudah tua masih mau kuliah. Mungkin saja ada.

Sebab, dengan derajat pendidikan lebih tinggi tentu lebih memungkinkan menempati posisi tertentu. Secara birokrasi, orang yang memiliki pendidikan tinggi memang lebih diutamakan menjadi pemimpin ketimbang yang berpendidikan rendah.

Hanya, jangan lupa ada juga orang yang dapat menjadi pemimpin karena memiliki akses dan investasi meski pendidikannya rendah. Sekarang ini banyak dan terbukti hingga terbongkar oleh lembaga antirasuah.

Akan tetapi, pikiran kontra dengan argumentasi seperti (penggal pertama) di atas tidak selalu benar. Sebab, tidak semua orang memiliki ambisi. Artinya, tidak semua  orang memikirkan posisi sebagai pemimpin tujuan akhir setelah kuliah. Ada orang-orang yang kuliah untuk menambah ilmu pengetahuan dan sekaligus ingin memperbarui paradigma. Ingin mengembangkan diri agar tidak ketinggalan dari pemikiran-pemikiran yang memang berkembang dinamis akhir-akhir ini.

Pun ada juga yang sekalipun sudah tua mau kuliah karena ingin memotivasi yang muda-muda. Terlebih-lebih untuk anak-anaknya. Saya lebih mengarah pada alasan ini.

Sebab, ketika saya menawari si sulung untuk mengambil pendidikan berikutnya setelah lulus, ia menolak. Ia ingin bekerja terlebih dahulu. Saya tidak elok menolaknya. Sebab, perkataan "bekerja terlebih dahulu" memiliki muatan bahwa suatu saat ia akan melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi.

Memang ada orang-orang yang berpendapat bahwa kalau sudah bekerja dan merasakan memiliki uang atas jerih lelah sendiri dan merasa nyaman, sulit berkeinginan belajar lagi.

Apalagi perempuan dan sudah berumah tangga. Rasanya untuk menempuh pendidikan lanjutan tidaklah mudah. Ya, saya memang melihat ada fenomena begitu. Tapi, ada juga orang-orang yang tetap gigih belajar meski mereka sibuk. Saya menyukai orang-orang yang demikian.

Selamat bersiap-siap, kawan. Tetap semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun