Mohon tunggu...
Pak Dhe  Gondo
Pak Dhe Gondo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah VCO Bisa Jadi Obat untuk HIV AIDS?

14 Februari 2018   07:15 Diperbarui: 14 Februari 2018   07:27 12836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Theearthelement.com

Anda pasti tahu tentang VCO. Virgin Coconut Oil. Yakni minyak kelapa asli, yang diproduks hanya dengan mengendapkan santan kelapa. Sebuah proses yang sangat sederhana dari buah yang sangat familier bagi kita masyarakat Indoensia, yakni kelapa.

Tetapi jarang orang yang tahu bahwa, VCO, memiliki sejarah panjang, berabad-abad lamanya, dan dipercaya menjadi obat alternatif untuk banyak ragam penyakit.

Ini dia rangkuman perjalanan VCO, dari 3.900 sebelum masehi, hingga tahun 2000-an, dari berbagai sumber yang saya baca.

Ayurveda

Ali kisah, dalam sebuah kitab kuno Ayurveda, tersebutlah bahwa kelapa menjadi bagian penting bagi masyarakat daerah tropis seperti Mikronesia, Polinesia, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Indonesia.

Di masyarakat daerah tropis ini, kelapa dimanfaatkan kulitnya, daging, bahkan air kelapanya. Ketiganya memilki kandugan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Bahkan pengetahuan tentang kehebatan buah kelapa bagi kesehatan tu sudah ada sejak 3.960 Sebelum Masehi.

Hebat bukan? Para leluhur kita, sejak berabad-abad lamanya ternyata tahu bahwa di dalam daging kelapa dan airnya sangat menyehatkan karena mengandung 93 persen lemah jenuh, tetap 47 -- 53 persen lemak jenuh berantai sedang.

Lemak dalam VCO tidak tertimbun di dalam tubuh manusia dan membuat sumber penyakit, tetapi lemak VCO mudah terbakar dan menimbulkan efek yang luar biasa bagi tubuh manusia. Disitulah hebatnya ilmu kesehatan nenek moyang kita, karena telah membuat sebuah kesimpulan yang fenomenal hingga saat ini.

Pada tahun 1945-an, VCO kembali menjadi kabar dunia, karena omoditi ini sangat diunggulkan di Asia -- Pasifik. Pada Perang Dunia II, air kelapa digunakan untuk mengkompres para prajurit yang terluka, dan tentu menyelamatkan ribuan nyawa manusia.

Setelah perang mereda, di Amerika dan Inggris, kelpa kemudian diolah menjadi margarine, dan menjadi komoditi pangan di kleas elite di Eropa. Karena ketakutan akan moncernya VCO, maka banyak kalangan investor menyerukan agar dihentikan penggunaan minyak goreng dari negara tropis ini diganti dengan minyak jagung atau kedelai. Tentu dengan menghembuskan isu negatif, bahwa di dalam minyak goreng kelapa menjadi penyebab tumbuhnya penyakit berat, seperti jantung, diabetes, dan kolesterol.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Perang terhadap minyak kelapa ini bahan terus dilakukan hingga tahun 1954, dan tahun 1965. Dimana banyak peneliti dikerahkan untuk memberi kesimpulan bahwa minyak kelapa asal negara tropis harus dihindari, karena lemaknya  mengakitakan penyumbatan arteri dan memicu penyakit jatung.

Amerika Serikat, bahkan mempropagandakan, minyak kelapa sebagai minyak jahat. Protec dan Gambler meyarankan agar American Heart Association untuk menghndari minyak kelapa dari daftar diet.

Kampanye ini mencapai puncaknya tahun 1984, di mana The New York Time, menyebut, mereka harus menghindari minyak kelapa asal Malaysia dan Indonesia, meski harganya murah tetapi menjadi sumber penyumbatan pembuluh darah. Sedang National Cholesterol Education Program, menyatakan, minyak kelapa dan kelapa sawit harus hindari.

Propaganda ini berhasil mendunia, mengubur hasil "riset" nenek moyang terdahulu, yang menyatakan minyak kelapa murni (VCO) adalah penyembuh ajaib.

Sampai akhirnya muncullah Prof. Dr. Bambang Setiaji, seorang dosen dan peneliti dari Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang menyatakan bahwa VCO adalah The Kings, bahkan VCO bisa mengatasi leukimia, HIV dan AIDS.

Di Indonesia, uji klinis terhadap VCO, kemudian banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya peneliti asal LIPI Dr. Joko Sulistiyo.

Pada seekor mencit ( tikus )  kadar kolesterol mencit yang diberi VCO 50 mikroliter turun 9 mg/dl pada hari ke- 28. Melorotnya kolesterol itu juga diimbangi oleh naiknya HDL ( yang dikenal sebagai kolesterol baik ) pada hari ke-13.

Ini tentu sebuah kesimpulan yang hebat, karena VCO memperkecil risiko beragam penyakit seperti serangan jantung dan arteriosklerosis ( seperti ditulis oleh Majalah Trubus ).

Riset secara klinis efek kolesterol ekstrak Cocos nucifera juga diteliti oleh K.G. Nevin dari Department of Biochemistry, University of Kerala, India.

Nevin menemukan VCO tak meningkatkan kolesterol dalam darah, justeru melindungi jantung. Sebabnya, VCO mampu meningkatkan kolesterol baik dan mengenyahkan kolesterol jahat.

Penelitiannya melibatkan 3 kelompok tikus masing-masing 6 ekor. Selama 45 hari seluruh tikus percobaan itu diberi minyak kacang 8 g/100 g bobot tubuh sebagai kontrol, minyak kelapa asli 8 g/100 g, dan VCO 8 g/100 g.

Pada hari ke-46 hewan percobaan dipuasakan selama satu malam sebelum diinjeksi mati dengan menggunakan sodium pentatonat.

Serum jaringan darah, hati, ginjal, dan jantung dianalisis kadar lemaknya. Caranya, sebanyak 500 mg jaringan darah dihomogenisasi dengan kloroform dan metanol, perbandingan 2:1, lantas dicampur dengan 0,02% kalsium klorida. Setelah diaduk dan didiamkan. Minyak menyambung di bagian atas. Airnya diserap menggunakan teknik evaporasi agar menjadi bubuk kering.
Dari situlah total kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida.

Hasilnya nilai kolesterol di jaringan darah tikus pengkonsumsi VCO 17% lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa. Bahkan, pada jantung dan hati, total kolestrolnya 23% dan 30%, lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa.


Nilai trigliserida pada darah tikus pengkonsumsi VCO juga menunjukkan 46% lebih rendah dibanding kontrol minyak kacang dan pembanding minyak kopra.

Kandungan-kandungan lain dalam minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) seperti asam laurat, asam kaprat, asam kaprilat, dan asam kaproat terbukti efektif sebagai antivirus, antibakteri, antidiabetes, antiobesitas, bahkan antikanker. Sayang, masih banyak orang ragu meminum minyak kaya manfaat itu.

Adalah Prof. Dr. Bambang Setiaji, Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang membongkar kembali "harta karun" peninggalan nenek moyang, berupa obat herbal bernama minyak kelapa murni, Virgin Coconut Oil (VCO) tahun 2004 lalu.

Maka orang di seluruh penjuru dunia seolah terguncang. Semua berburu VCO untuk kesembuhan dari berbagai macam penyakit.

Yang lebih heboh, ternyata VCO juga bisa mengobati penyakit leukimia atau AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan HIV (human immunodeficiency virus).

Ini yang mempengaruhi dunia kesehatan dan para ahli geregetan, dan melakukan serangkaian penelitia. Dan tidak terbantahkan bahwa minyak kelapa murni, itu, memang "harta karun" yang terpendam berabad-abad lamanya, dengan kekuatan khasiatnya mampu  mensihir ahli pengobatan di berbagai belahan dunia. Karena keragaman fungsi yang terkandung dalam VCO, tersebut.

Untuk menemukan kembali " kitab kuno " khasiat minyak kelapa murni, Prof.  Dr. Bambang Setiaji, MSc menjalankan laku prihatin melakukan penelitian selama 10 tahun.


Maka, di kediaman Prof. Dr. Bambang Setiaji di Desa Kranggan, Kecamatan Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, menjadi tonggak sejarah berkibarnya nama VCO, dan di padepokannya itu pula sang dosen Fakultas MIPA UGM Yogyakarta, ini terus kebanjiran tamu baik domestik maupun asing.


Dengan teknik pengolahan yang sederhana, model diendapkan dan disaring, maka terciptalah minyak kelapa murni alias VCO. "Keunggulannya, minyak ini masih utuh artinya tidak ada senyawa yang hilang dalam minyak kelapa itu, warna minyak lebih jernih dan bisa awet sampai lebih dari lima tahun, " ujar Bambang Setiaji, kepada media televisi nasional SCTV, seperti juga dikutip sebuah situs tentang VCO,  di tahun 2004 lalu.


Bambang Setiaji, juga meyakinkan, bahwa minyak kelapa murni mampu membunuh berbagai virus penyakit degeneratif dan pelarut kolesterol. Virus HIV, hepatitis, dan leukimia. VCO tidak dapat larut dalam air karena terselubung semacam asam lemak jenuh (lipid). Nah, asam laurat pada minyak kelapa murni-lah yang bisa menembus serta mematikan virus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian VCO secara teratur dapat menurunkan risiko terinfeksi HIV atau AIDS. "Kini negara-negara maju mengembangkan minyak kelapa untuk mematikan virus HIV," tambah dosen dan pengelola Laboratorium Fakultas Kimia Fisika Universitas Gadjah Mada itu.

Belum lagi manffat di bidang kesehatan, kecantikan, dan penyakit kult serta tulang, yang selama ini sudah banyak dihasa oleh sejumlah journal kesehatan.

Maka, kita layak berterimaksih kepada para peneliti yang jujur yang telah mengangkat kembali warisan leluhur tentang kehebatan VCO.***

Salam Pak Dhe Gondo

*Sumber Referensi, liputan6.com, Majalah Trubus, situs-situs VCO, dok. Bambang Setiaji, metrotvnews.com, dll )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun