Mohon tunggu...
Pak Dhe  Gondo
Pak Dhe Gondo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masih Soal Fenomena Batik Hitam

31 Oktober 2017   22:58 Diperbarui: 31 Oktober 2017   23:49 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai perajin dan pelaku seni batik, saya benar benar heran. Beberapa minggu terakhir ini, ada fenomena aneh yang terus menggelitik nalar waras saya. 

Kalau seminggu lalu saya menulis, " Kenapa Banyak Orang Memburu Batik Hitam " maka hari ini akan saya tunjuukkan kepada masyarakat Kompasiana, bahwa para pemburu batik hitam itu rata-rata keluarga kelas menengah, menengah atas, dan para kaum terdidik. Setidaknya mereka sekolah setngkat SMA sederajat, bahkan pernah kuliah, atau lulus dari Perguruan Tinggi.

Pertama, mereka memburu batik berlatar belakang warna hitam "kelam" black, dengan motif aneh-aneh. Ada yang memburu motif kontemporer, etnik, hingga batik hitam abstrak ( seperti yang saya produksi, Red). Fenomena ini cukup membuat saya sedikit "resah" ada apa gerangan dengan perilaku para kaum "elite" di sekitar saya ini?

Adakah syndroma tertentu, atau virus mistis atau apa sebenarnya? Karena setiap kali menerima tamu "pemburu " batik, yang ditanyakan selalu " ada gak batik yang berlatar hitam? " 

Setiap kali mendapat pertanyaan itu, saya tentu gembira karena produk batik saya bulan ini, 90 persen berlatar hitam. Mulai dari hitam variasi motif merah kuning biru, hijau, dll. Artinya, saya siap barang jika sembarang motif warna hitam diminati pembeli. Namun, tidak demikian adanya. Beberapa kali saya menjumpai pemburu batik hitam, yang dibutuhkan batik berlatar hitam, dengan goresan warna pada motifnya orange, pink, dan merah.

Tiga warna itu, sangat sering ditanyakan para pemburu batik hitam. Ada apa dengan warna orange, pink dan merah. Perlambang apa ini? Atau sedang terjadi gerakan apa di kebudayaan kita?

Atau tepatnya, kontraksi budaya apa yang tengah melanda sebagian masrakat kita ini? Karena saya mengamati, ini tidak ada kaitannya dengan suhu politik lokal atau nasional? Tidak ada pula kaitannya dengan Presiden Jokowi atau Gubernur Yogyakarta. Tidak ada pula dengan dinamika politik Prabowo.

Bahkan suatu hari saya mendapatkan pesanan batik hitam, dengan warna motif kuning, merah, dari sejumlah pegawai negeri sipil di wilayah saya. Mereka sangat antusias memiliki bahkan membuat seragam batik hitam, sebagai membangun perfoma "kebanggaan" korp di institusi mereka. 

Sampai di sini nalar waras saya belum mendapatkan jawaban yang pasti, kenapa masyarakat demikian hebohnya dengan batik hitam. Dan ( maaf ) tentu ini bukan karena saya melakukan promosi produk batik hitam. BUkan sama sekali. Karena rata-rata tamu yang datang ke Rumah produksi Batik Abstrak Sekar Batu, milik saya, memburu batik hitam bukan karena membaca atau melihat promosi saya di berbagai media sosial. Bukan. Sebagian mereka bahkan mengatakan, tidak tahu kalau produk saya sedang melakukan promosi di beberapa media sosial.

Aneh!

Tetapi apapaun yang melatar belakangi perburuan mereka, fenomena ini tetap memberi banyak keuntungan pada saya, karena minimal saya dikunjungi lebih banyak tamu " pemburu batik hitam ". Dan konkritnya, saya juga mengalami peningkatan penjualan karena fenomena ini. Namun sebagai makluk yang karuniai akal budi saya tidak begitu saja melahap mentah mentah " yang penting jualan laku " sama sekali tidak. Saya masih menyisakan ruang di otak saya, untuk mencari tahu, apa gerangan yang terjadi dengan dinamika fashion di sebagian masyarakat yang kini tengah gandrung dengan batik hitam. 

Saya berfikir positif, semoga ini hanya karena trend saja, dan bukan karena "kegilaan" tertentu, apalagi terkait dengan hal-hal diluar nalar waras, semacam misticism. Atau virus mistik, atau apalah namanya. Yang tentu membuat banyak orag yang percaya akan menjadi wajib hukumnya memilii batik hitam.

Karena saya kawatir, jika hal itu yang terjadi, maka kita semua akan mengalami kemunduran. Baik kemunduran budaya, maupun perilakunya. Perilaku yang mengarah pada trend fashion lumrah terjadi, yakni lagi gila fashion warna black, maka batik hitam ikut diburu. Seperti halnya ketika kita sedang gila celana cut bre, maka semua orang diseluruh lapisan, berburu celana cut bre ( lebar bawah ), atau ketika masyarakat sedang demam rok mini biru, hampir semua perempuan yang doyan fashion berburu rok mini biru.

Trend itu tentu ada alasannya. Cut bre, karena Koes Plus, atau Rhoma Irama elalu tampil dendy dengan cut bre. MIsalnya. Atau ketika Desy Ratna sari terlihat cuannntik menmakai rok mini biru. Maka rok mini biru mewabah.

Nah, saya masih mencari tahu, kenapa tiba tiba kini trend fashion,  menunjuk pada batik black, batik berlatar hitam. 

Salam Pak Dhe Gondo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun