"Lurus. Lurus aja."
"Kalau ini dearah apa, bang?"
"Sini mah Bojong Menteng."
Saya menyampaikan terima kasih, dan orang yang saya tanya melanjutkan permainan ceki bersama tiga sejawatnya.
Saya percaya masyarakat atau individu adalah duta bagi daerahnya. Termasuk dalam pengalaman kesasar ini, mereka layak didengar, sehingga ada istilah pelesetan GPS (gunakan penduduk setempat). GPS yang satu itu saya sering buktikan lebih manjur daripada GPS Google.
Akan tetapi naas, GPS yang saya dengar malam tadi eror fatal. Alih-alih lurus terus saya justru masuk ke sebuah perumahan. Asal tahu saja, perumahan di Bekasi itu sukar dibedakan lantaran desain yang sangat menyerupai satu sama lain. Saluran air besar, ruko, taman, masjid, semuanya susah dicari pembedanya. Maka saya berhenti untuk bertanya, kali ini giliran penjual sate.
"Cak, ini perumahan Pondok Timur Indah?"
"Bukan, mas," sahutnya dengan aksen Madura khas tanpa memberi jawaban.
"Jadi, komplek apa, cak? Pondok Hijau?"
"Bukan juga, ini Narogong."
Saya tidak akan mendapat apa-apa dengan bertanya padanya. Narogong sangat luas. Saya segera pergi setelah mengucapkan terima kasih.