Jika dirasa memenuhi kriteria dan kuat secara ekonomi, maka tak menunggu lama untuk pencairan pembiayaan.
Lagipula, secara pribadi saya juga tidak menginginkan berlama-lama berhutang. Jika ada kesempatan untuk membayar dua bulan sekaligus, maka saya lakukan. Maka tak heran, jika skor kredit saya di BMT tersebut masih hijau dan tentu saja dalam grade A.
Dan, semenjak saya mengetahui tentang kebijakan Sistem Stabilitas Keuangan (SSK) dalam ranah kebijakan Makro Prudensial Bank Indonesia, dari kegiatan Nangkring Bareng Kompasiana-Bank Indonesia pada Selasa (21/7/2020) silam, memberikan perspektif baru terkait ketahanan keuangan makro negara kita.
Disebutkan, jika kebijakan makropudensial adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko sistemik. Karena bagaimanapun, sistem ekonomi kita sangat dipengaruhi oleh tingkah dan polah perilaku masyarakat dalam ekonomi sehari-hari secara langsung.
Yakni, bagaimana mereka berbelanja untuk kebutuhan domestik rumah tangga, mengambil kredit baik untuk usaha produktif maupun untuk konsumtif atau kegiatan ekonomi lainnya.Â
Apakah mengambil kredit baik atau buruk? Kembali kepada orangnya. Asalkan pembayarannya lancar, ada jaminan bahwa keuangan pribadi atau keluarga tidak terganggu pada bulan-bulan ke depannya, serta paham akan resiko yang mungkin akan timbul. Maka tidak masalah. Karena, seperti ungkapan seorang ekonom bahwa, kredit adalah menarik kemampuan di masa yang akan datang ke masa sekarang.
Nah, siapa sangka, dengan memanfaatkan produk-produk keuangan, dan tertib melakukan transaksi dan pembayaran, maka -- sekecil apapun aksinya, sangat berpengaruh kepada kondisi ketahanan keuangan negara kita tercinta.
Mungkin saja, dalam kasus saya, saya melakukan pembiayaan di BMT hanya untuk kepentingan pribadi. Dengan mengajukan pembiayaan, maka kas keuangan BMT akan berputar. Contoh terakhir pembiayaan BMT saya adalah membeli bahan bangunan untuk rumah kecil saya, senilai Rp15 juta.Â
Dari uang itu, sebagian saya belikan aneka macam material di toko bahan bangunan. Toko bahan bangunan memperoleh keuntungan untuk membayar gaji pegawainya, menambah stok gudang, dan roda perekomian pun berjalan sampai ke tingkat suplier.
Dari sisi tukang bangunan yang saya hire, mereka pun bergembira karena ada pekerjaan. Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, mereka sempat dirumahkan selama dua bulan di awal masa pagebluk. Bayangkan betapa sulitnya kondisi perekonomian berjalan.