Mohon tunggu...
Pakde Ndori
Pakde Ndori Mohon Tunggu... Operator - Operator Warnet

Seorang Penjaga Warnet yang selalu tersenyum ramah kepada pelanggan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Instropeksi Diri Wali Kota Petahana yang Lebih Banyak Hadirkan Kontroversi dan Bukan Prestasi

11 Juli 2024   00:08 Diperbarui: 11 Juli 2024   00:09 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

WALIKOTA petahana, Hevearita Gunaryanti Rahayu sudah memastikan diri untuk maju kembali dalam pertarungan Pilwakot 2024.

Sebagai wakil Hendrar Prihadi, ia menjadi sosok yang paling wajib untuk maju menjadi walikota berikutnya. Bekal Wakil Walikota perempuan pertama di Kota Semarang membuatnya PeDe untuk maju dan menyandingkan diri dengan prestasi Mas Hendi.

Padahal semua pada akhirnya paham, terlalu jauh untuk membandingkan era kepemimpinan sebelumnya dengan saat ini. Nyaris tak ada program yang spektakuler yang dilakukan di era incumbent saat ini, program hanya berfokus pada masalah rutinas biasa yang bahkan sebenarnya bisa diselesaikan oleh setingkat eselon 3.

Pada akhirnya, Mbak Ita lebih banyak menghadirkan kontroversi daripada prestasi. Sisa masa jabatan 2 tahun ini digunakannya bukan untuk menarik simpati namun justru emosi.

Kontroversinya dimulai dari isu penyingkiran besar-besaran ASN di beberapa jabatan strategis, yang sebenarnya hal ini bisa dimaklumi ketika sebuah dinasti kepemimpinan berpindah. Dilanjut dengan permasalahan pengelolaan Stadion Citarum yang memunculkan narasi terusirnya PSIS dari sana, lalu isu nasi goreng dan kemudian Honda Vario.

Di sela itu, perseteruannya dengan salah camat terbaik kala itu, Ade Bhakti Ariawan, mulai mencuat. Upaya membungkam Ade Bhakti dari aktivitasnya di medsos dengan menaruhnya di Sekdin Damkar, justru berbuah semakin banyak warganet bersimpati kepada mantan Camat Gajahmungkur ini, followers-nya melejit.

Belum selesai semua pembahasan di atas, bermunculanlah berbagai persoalan baru yang kali ini menyentuh ranah hukum. Tajuknya adalah pengadaan mebel bangku dan kursi dengan total 10 ribu unit dengan nilai lebih dari Rp19 miliar. Juga ada dugaan kelebihan bayar dari berbagai proyek pengerjaan fisik di kota ini, jual beli proyek dengan komisi 13% yang kemudian mengundang KPK masuk mendalami kasus ini dilanjutkan pemeriksaan 21 ASN serta pemanggilan saksi saksi diluar itu.

Sayangnya di tengah pemanggilan, ada perintah dari atas yang meminta 7 pejabat mengabaikan pemanggilan KPK dengan dalih tugas dinas ke luar kota.

Isu lain yang menyertainyapun mulai bergulir mulai dari didepaknya pejabat teras yang menolak ditunjuk jadi panitia pengadaan, hingga dibungkamnya kalangan jurnalis yang biasanya kritis. Panik melanda negeri Konoha yang konon kabarnya, pengendali semua kesemrawutan di atas sebenarnya adalah sosok walikota bayangan. Orang dekat walikota inilah yang sebenarnya memiliki semua pemikiran-pemikiran di atas dalam upayanya mengeruk nominal yang memadai sebagai upayanya mengumpulkan modal untuk keperluan walikota mencalonkan kembali di tahun 2024 serta keperluan walikota bayangan ini sendiri untuk maju dalam pertarungan Pileg.

KPK yang hadir beberapa pekan untuk menelusuri jejak dugaan korupsi ini, sempat teralihkan dengan pilpres di 14 Februari. Namun ternyata mereka tidak berdiam, terus mencari sisik melik kejelasan dugaan kasus tersebut, bahkan hingga memeriksa orang nomor satu di Kota Semarang ini berjam-jam, begitu pula dengan 4 orang terdekat si walikota bayangan.

Dan sejak Jumat pekan lalu, KPK kabarnya sudah kembali di Kota Semarang, berupaya menyingkap kabut misteri yang diduga kuat dilakukan walikota dan kroninya termasuk aktor intelektualnya, si walikota bayangan. Panik? Tentu iya hehe.

Terlepas dari kedatangan lembaga 3 huruf paling menakutkan di negeri ini, Mbak Ita sepertinya belum mampu mengukur diri dengan paripurna. Ia sepertinya lebih bangga dielu-elukan, dipajang fotonya di sudut kampung dengan tulisan "Terima kasih mbak atas pembangunan selokan di kampung kami", daripada nyata membangun perekonomian Semarang.

Karenanya wajar jika kemudian sosok Yoyok Sukawi merasa perlu turun gunung, melepas statusnya sebagai anggota DPR RI, demi mengabdikan dirinya untuk Semarang yang mungkin dirasanya stagnan usai era kepemimpinan Mas Hendi. Juga nama Sekda Iswar Aminuddin, salah satu ASN berprestasi di lingkup Pemkot Semarang, yang memiliki asa serupa.

Begitu pula manusia paling dikuyo-kuyo oleh Mbak Ita, si camat viral Ade Bhakti yang datang dengan modal followers ratusan ribu dan konten menarik anak muda utamanya dari Gen Z, yang menjadikan kuda hitam dalam percaturan politik kota ini. Jangan lupakan pula kekuatan organisatoris sekaligus pengusaha, Arnaz Andrarasmara yang ternyata menuruni darah organasasi dari om-nya, Hendrar Prihadi.

Lalu muncul pula nama Ketua Fatayat NU Jateng Tazkiyatul Muthmainah juga profesional Adi Setiawan yang juga mantan Dirut PDAM. Semua nama ini merasa turun tangan, mengabdikan dirinya untuk Semarang demi melihat Kota Semarang yang lebih baik ke depannya, bukan semakin mundur adanya seperti kala dipimpin Mbak Ita.

Tentunya sebagai warga, kita berharap dan akan mendukung dengan segenap hati, calon walikota yang memang memiliki integritas dan mampu mengayomi semua pihak. Bukan sosok pemimpin yang justru sibuk dengan kontroversinya demi melihat Semarang melesat maju, menyamai status berbagai kota metropolitan lain di Indonesia.

Sekaligus membuat bangga seluruh warganya dengan prestasi riil yang dapat dirasakan. Tak ada salahnya petahana melakukan mawas dan instropeksi diri, karena memang lebih banyak kontroversi dibanding prestasi.

Salam perubahan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun