“Ndasku koyo dilungguhi gunung yu,rasane abot tenan“, kata paklik saya beberapa hari setelah selesai mengikuti pilkades. Dalam pilkades itu paklik hanya mengantongi 3 suara, itu tentu sudah termasuk suaranya sendiri. Emak yang ikut menyaksikan perhitungan suara langsung lunglai dan meluncurkan tangisan bombay. Sebenarnya itu kekalahan yang tak perlu ditangisi karena seharusnya sudah bisa diprediksi.
Paklik penduduk desa Dukuharum sementara pilkades digelar di desa Pacarpeluk. Ada ketentuan bahwa paklik harus menjadi penduduk desa Pacarpeluk terlebih dahulu agar bisa mengikuti pilkades, akhirnya paklik boyong kedesa Pacarpeluk dan membuat markas darurat. Ini tentu perbuatan nekat, gambling, buang-buang uang dan yang jelas paklik tidak menerapkan prinsip Know Your Enemy (ketahui musuhmu).
Sebagai warga baru didesa Pacarpeluk paklik tentu harus berjuang mati-matian agar bisa terpilih sebagai Kades. Paklik harus memperkenalkan diri kepada seluruh penduduk sambil tanam budi dan unjuk prestasi didesa yang baru ditempati itu. Langkah ini tidak bisa dilakukan dalam waktu sebulan dua bulan tetapi bisa makan waktu bertahun-tahun. Tanam budi dan promosi diri hanya beberapa bulan menjelang pilkades tentu langkah yang kurang bermanfaat.
Paklik juga kurang memperhitungkan kemampuan calon yang lain. Ini yang saya maksud kurang memahami prinsip Know Youy Enemy. Paklik mungkin hanya mengetahui kemampuan lawan yang kasat mata, padahal dalam suatu persaingan tentu ada hal-hal yang tak terlihat olehnya.
Know Your Enemy juga bisa diterapkan dalam rangka mengikuti suatu kontes di blog. Jika kita ingin serius ingin memenangkan sebuah kontes maka prinsip Know Your Enemy harus diterapkan. Untuk itu meninjau blog sahabat peserta kontes sangat diperlukan agar kita tahu bagaimana sahabat itu membuat artikelnya yang diikut sertakan dalam kontes.
Know Your Enemy juga bergandengan tangan dengan prinsip Know Your Self. Kalau akan serius memenangkan kontes SEO maka saya harus bekerja keras mendalami SEO karena saya tahu kemampuan SEO saya yang memble.
Kedua prinsip itu harus difahami dan diterapkan, kecuali jika ikut kontes hanya sekedar coba-coba, ikut memeriahkan, iseng belaka dan alasan-lasan lain diluar keinginan untuk memenangkan sebuah kontes. Jika ini alasan kita maka jika kalah dalam kontes ya jangan menyesali diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H