Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Urus Anak yang Baik, Jangan Cuma Mau Enaknya Aja

23 Juli 2015   10:16 Diperbarui: 23 Juli 2015   10:38 9156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="capture dari LINE"][/caption]

Hari ini tanggal 23 Juli diperingati sebagai hari anak nasional (HAN). Hari anak ini berlaku untuk semua anak-anak, tidak membedakan apakah anak kandung, anak asuh atau anak angkat, yang pasti bukan anak yang diangkat-angkat yang usianya sudah bukan anak-anak lagi.

Saya tahunya tanggal 23 Juli sebagai hari anak setelah baca berita di detik.com pagi ini. Kalo hari ibu tanggal 22 Desember, dan hari ayah tanggal 12 November, saya sudah tahu, yang belum tahu sampai sekarang kapan hari kakek, hari nenek, hari paman/om, hari bibi/tante dan hari ponakan. Melihat perkembangan jaman yang makin demokrasi dan makin emansipasi, mungkin suatu hari aka nada hari-hari tersebut.

[caption caption="capture dari detik.com"]

[/caption]

Beberapa waktu lalu, marak berita di Indonesia terkait penelantaran anak ;

1. Ada kasus dosen universitas Muhammadiyah Utomo Permono dan istrinya Nurindria Sari yang asik mengkonsumsi shabu-shabu dan menelantarkan 4 anak, serta mengusir anak laki-lakinya (D 8 tahun) dari rumah dan membiarkannya berkeliaran di jalanan selama sebulan lebih,

2. Ada kasus penelantaran bahkan pembunuhan anak angkat bernama Angeline di Bali yang diduga kuat dilakukan oleh ibu angkatnya bernama Margriet,

3. Ada kasus penganiayaan anak kandung berusia 12 tahun oleh ibunya di Cipulir. Tidak tanggung-tanggung bentuk penganiayaannya, mulai dari di lempar gelas dan mangkok, di sundut rokok, di tampar, sampai di gergaji tangannya, memang tidak sampai putus seperti kayu, tapi sudah meninggalkan bekas luka baret-baret dan trauma di hati yang pasti sulit hilang.

Melihat fenomena penelantaran anak, penganiayaan anak bahkan pembunuhan anak, saya sangat sedih, miris, bahkan marah. Dalam hati saya bertanya “Koq mereka bisa sekejam itu ke anak-anak? Mahluk kecil tak berdosa, yang tersenyum saja sudah lucu dan menggemaskan, yang seharusnya menikmati masa anak-anak dengan bermain riang gembira bersama teman-teman sebaya, ini malah seolah-olah anak-anak menjadi beban kehidupan di dunia, menjadi sumber masalah, sehingga menjadi pelampiasan amarah tanpa anak tersebut tak kuasa untuk membalas. Jadi orang jangan Cuma mau enak bikinnya aja, mengurus anaknya gak mau, dasar manusia egois.”

Saya mau memberikan testimony beberapa sahabat yang sudah menikah tahunan tapi gusti Allah SWT belum memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memiliki anak, padahal mereka sudah menempuh berbagai macam cara untuk segera memiliki momongan. Cekidot ;

Pasangan Hans dan Gret di Depok mengatakan “15 tahun kami menikah dan belum mempunyai anak, padahal sperma dan sel telur kami sehat. Kami punya segalanya, karir kami di kantor bagus. Rumah besar dan halaman luas yang kami punya jadi seperti rumah hantu tanpa kehadiran tawa dan tangis anak-anak di pagi, siang atau malam hari.

Pasangan Doni dan Dina di Temanggung mengatakan “8 tahun kami menikah, Dina sempat hamil 2 kali namun kandungannya lemah sehingga keguguran 2x. Tahun depan kami akan coba bayi tabung dan memakai Rahim wanita lain yang kandungannya kuat agar tidak gugur lagi, biar saja program bayi tabung menguras tabungan kami, karena anak-anak yang akan dilahirkan kelak adalah tabungan kami di masa depan yang tak ternilai rupiah, lebih besar daripada deposito senilai Rp 1 miliar sekalipun.”

Pasangan Dewa dan Dewi di Medan mengatakan “Awal kami menikah, kami sengaja menunda mempunyai anak karena pingin kaya orang pacaran terus, sampai 5 tahun menikah saat kami melepas kontrasepsi namun belum juga hamil, kami mulai gelisah, gelisah beneran gundah, emosi, limbung dan resah bukan geli-geli basah. Untuk apa kami menikah jika tidak punya anak. Enaknya bercinta hanya sesaat, kalo punya anak hidup terasa lengkap dan insha Allah hati bahagia.”

Saya juga mau memberi testimoni dari pasangan Ali dan Ayu di Cempaka Putih yang setelah 20 tahun menikah akhirnya Ayu hamil di usia 46 dan melahirkan bayi laki-lakinya yang sehat, ganteng, pintar dan lucu. Ini testimony mereka “Alhamdulillah, akhirnya gusti Allah memberikan kepercayaan kepada kami untuk memiliki anak. Hampir saja kami putus asa. Diam-diam tanpa sepengathuan pasangan, Ali hampir mau menikah lagi dengan gadis muda, Ayu hampir mau pakai jasa stunt man untuk menghamili dirinya. Setelah penantian panjang dan akhirnya doa selama 20 tahun pernikahan terkabul, ada satu keyakinan kami yaitu kesabaran buahnya emas.

Akhir kata, Saya ingin memberi semangat kepada teman dan sahabat yang sudah menikah namun sampai saat ini belum dikarunia anak, jangan pantang menyerah, terus berusaha sampai hembusan nafas terakhir, paling tidak sampai istri memasuki fase menopause dimana sudah tidak memungkinkan untuk hamil dan mempunyai anak. Ingat pesan mbah di kampung “where there’s a will there’s a way” yang artinya kurang lebih di mana ada kemauan di situ ada jalan. Mbah di kampung juga selalu bilang “Gusti Allah ora Sare”, gusti Allah SWT tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya, gusti Allah pasti memberi anugerah dan mukzizat kepada hambanya yang terus berusaha dan pantang menyerah dan mungkin saja dalam waktu yang tak diduga-duga saat semua orang mengatakan tidak mungkin.

Selamat hari anak nasional, semoga anak-anak Indonesia bahagia selalu

Selamat pagi Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun