Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kasus Kekerasan ke Anak, Salah Presiden Jokowi?

18 Mei 2015   13:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_418225" align="alignnone" width="300" caption="Dok pribadi"][/caption]

Membaca berita di media tentang kejadian di Samarinda membuat seluruh tulang saya linu dan ngilu. Seorang pria bernama Sadriansyah (42 tahun) tega memperkosa putri kandungnya, dan membunuh 4 anaknya saat berusia hitungan bulan. Dan yang membuat tulang ini lebih linu dan ngilu, sang ibu yang mengetahui perbuatan suaminya hanya terdiam, ia tak melarang atau mencegah perbuatan suaminya, atau melaporkan ke pihak berwajib karena alasan takut karena diancam akan dibunuh. Satu contoh lagi, bahwa takut akan kematian membuat manusia tidak bisa berpikir  normal atau berbuat bagaimana seharusnya. Sang ibu kelihatan normal, padahal sejatinya ia gila, membiarkan kejadian tragis tersebut terjadi di depan mata berulang-ulang.

Apa yang dilakukan Sadriansyah kepada 5 anaknya, yang dilakukan dengan sadar, lebih jahat dan lebih kejam daripada yang dilakukan seorang dosen di STT Muhammadiyah Utomo Perbowo dan istrinya Nurindria Sari terhadap ke 5 anaknya di perumahan Citra Gran Cibubur, yang dilakukan diduga karena efek samping penggunaan narkotika jenis Shabu-shabu. Utomo mengusir anak laki-laki satu-satunya, anak ketiga dari 5 saudara, sehingga selama 1 bulan, D tinggal di luar rumah, termasuk di pos keamanan dan berharap dari belas kasihan tetangga untuk hidupnya sehari-hari.

[caption id="attachment_418224" align="alignnone" width="300" caption="Dok pribadi"]

14319293691503606556
14319293691503606556
[/caption]

Kasus penelantaran anak oleh Utomo dan istrinya, yang juga menelantarkan rumahnya tak terurus yang seperti kapal pecah, mendapat perhatian luas dari KPAI, polda metro jaya, kadiv humas mabes polri, mensos Khofifah, psikolog Sarlito dan hampir semua media massa di tanah air, sementara kasus-kasus penelantaran anak lainnya yang lebih kejam, lebih jahat, bahkan eksploitasi terhadap anak-anak luput dari liputan. Misal kejadian yang menimpa anak-anak Sadriansyah di Samarinda, jauh sebelumnya kasus pembunuhan anak-anak jalanan setelah sebelumnya disodomi oleh Robot Gedek dan Babe Baiquni di Jakarta, yang terjadi selama bertahun-tahun dan baru terungkap setelah sekian tahun.

Ini semua salah siapa? Kalo ditanya ke Jokowi Hater, jawabannya sudah pasti kasus penelantaran anak, kasus pemerkosaan dan pembunuhan anak adalah salah presiden Jokowi yang tidak mampu menjadi presiden yang baik. Tidak usah mencari kambing hitam, karena kambing hitam mulai bosan disalah-salahkan, ini salah kita semua, yang kalo ada berita ramai di media, baru kita ikut-ikutan ramai membahas, jadinya kita terlihat peduli, padahal kejadian tersebut terjadi di depan mata kita sehari-hari dan kita tak peduli sampai hal itu menjadi berita nasional.

Akhir kata, terkutuklah orang tua yang menelantarkan anak-anaknya, apalagi sampai mengeksploitasi anak-anak tak berdaya tersebut.

Anak-anak tidak pernah minta dilahirkan, mereka tidak bisa memilih siapa orang tuanya, mereka tidak bisa melawan kekerasan orang tuanya, yang bisa mereka lakukan hanya tersenyum, tertawa, menangis.

Senyum dan tawa anak-anak itu lebih ampuh dan mujarab dari obat apapun di dunia, sakit saya bisa sembuh seketika, lelah saya setelah seharian bekerja, bisa hilang seketika jika melihat senyum dan tawa anak-anak saya. Sebaliknya, tangis anak-anak adalah menjadi alarm pengingat paling ampuh sedunia, jika anak menangis dan saya tak bisa membuatnya tersenyum atau tertawa, ini menjadi alarm pengingat bahwa saya GAGAL sebagai seorang AYAH.

Selamat siang Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun