Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SBY Marah ke Denny Indrayana, Bambang Widjojanto dan Yunus Husein

10 Maret 2015   08:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14259511201311336706

[caption id="attachment_401792" align="aligncenter" width="504" caption="Foto dari tribunnews.com"][/caption]

Kedatangan aktivis anti korupsi (pendukung KPK) yang kebetulan sedang punya masalah hukum di mabes polri ke istana negara dan istana wapres untuk meminta perlindungan hukum dari (dugaan) kriminalisasi yang dilakukan mabes polri, yaitu Bambang Widjojanto, Denny Indrayana dan Yunus Husein, selain tidak ketemu dengan presiden Jokowi dan nasehat dari JK ke mereka, rupanya masih menyisakan sedikit cerita memilukan.

Berdasarkan info A3, kabar tersebut sampai juga ke telinga mantan presiden SBY di istananya yang megah, Puri Cikeas. SBY pun meminta mantan menseskab Sudi Silalahi memanggil ketiga aktivis anti korupsi tersebut ke istananya yang megah, Puri Cikeas.

Dalam waktu tidak terlalu lama, datanglah 3 orang aktivis anti korupsi tersebut ke istana SBY yang megah, Puri Cikeas. Datangnya bersamaan, padahal panggilannya ke nomor HP masing-masing, dan saat dikonfirmasi mereka sedang berada di rumah selingkuhan masing-masing yang jaraknya berjauhan.

Rupanya sebelum memenuhi panggilan mantan presiden SBY, ketiga aktivis anti korupsi ini bertemu dahulu, mengadakan rapat konsolidasi tentang apa yang akan dibicarakan ke SBY. Karena mereka yakin, panggilan SBY ini bukan urusan pribadi masing-masing, tapi urusan bersama para aktivis anti korupsi.

SBY memanggil ke pendopo satu per satu aktivis anti korupsi ini, ia ingin mendengar dengan telinga sendiri, apa yang sebenarnya terjadi.

Giliran pertama adalah Yunus Husein, ini dialog SBY dan Yunus ;

S : Dik, setelah tidak jadi anggota satgas mafia hukum dan ketua PPATK, apa kegiatanmu sekarang?

Y : Tidak ada pak, saya baca-baca koran, majalah, browsing-browsing internet, main kompasiana, facebook, twitter, path, instagram, sesekali telponan dan video call dengan teman-teman lama.

S : Saya dengar kamu terlibat aktif ikut demo dukung KPK? Trus ada yang laporkan kamu ke mabes polri?

Y : Sebenarnya saya gak mau ikut-ikutan dukung KPK, saya diajak oleh Denny Indrayana, gak enak kalo gak ikut. Iya Pak, saya dilaporkan ke mabes polri karena dianggap membocorkan rahasia perbankan ke publik tentang rekening Budi Gunawan.

S : Ya sudah gak usah ikut-ikutan, mending urus istri, anak dan cucu. Kamu sudah tidak menjabat, mending baik-baik, contoh Harmoko, Sudomo, Moerdiono, setelah selesai menjabat sampai meninggal mereka aman-aman saja, gak berperkara hukum. Semua pejabat Indonesia pasti ada salah, baik salah bicara, salah bersikap atau salah kebijakan. Kamu mau jadi tersangka lalu ditangkap dan ditahan?

Y : iya Pak, makasih sudah mengingatkan. Saya gak mau jadi tersangka, ditangkap dan ditahan. Tolong bantu saya pak (sambil cium kaki SBY dan menangis sesunggukan)

S : good, kalo kamu ngerti dan masih bisa diomongin. Ya sudah, kamu jauh-jauh dari Denny Indrayana, nanti kamu ikut terbawa-bawa. Selama ini aku salah percaya ke Denny, aku dibohongi olehnya, aku mengabulkan grasi gembong narkoba Ola dan Corby, padahal MA memberi pertimbangan menolak. Info dari Denny ke aku, katanya Ola dan Corby hanya KURIR bukan gembong. Cacat namaku seumur hidup, karena di mata internasional aku dicap mendukung peredaran narkoba di Indonesia akibat grasi ini dan tidak adanya pelaksanaan eksekusi mati bandar narkoba selama aku menjabat.

Y : siap pak. Sekali lagi makasih pak presiden.

Giliran kedua adalah Bambang Widjojanto, ini dialog SBY dan Bambang ;

S : Dik, kamu sudah diberhentikan sementara oleh presiden Jokowi yah? Kapan kamu diperiksa di mabes polri lagi.

B : iya pak, sudah ada plt pimpinan KPK pengganti saya dan mas samad. Saya belum tahu kapan diperiksa lagi. Mohon bantuan pak SBY, supaya kriminalisasi ini dihentikan pak.

S : kamu bicara ini kriminalisasi. Aku mau tahu cerita sebenernya, biar bisa bantu. Kamu pernah mengarahkan saksi-saksi yang akan bersidang di MK untuk memberikan kesaksian seperti yang kamu mau gak?

B : pernah pak. Itu kan hal biasa dalam berperkara di pengadilan. Sebagai advokat saya gak bisa dituntut karena pekerjaan saya. UU advokat mengatur demikian.

S : berarti kamu gak merasa salah?

B : iya pak, sama sekali gak merasa salah.

S : bagus dik. Ya sudah hadapi saja proses hukum ini dengan baik. Kalo kamu gak merasa salah, polisi, jaksa maupun hakim gak akan bisa membuktikan kalo kamu salah. Gusti Allah juga gak akan tidur jika hambanya di zolim. Lupakan tentang kriminalisasi, hadapi proses hukum dengan patuh dan baik, bukan begitu seperti yang kamu harapkan jika ada pihak tersangkut perkara di KPK.

B : tapi ini kan kriminalisasi pak? Bukan proses hukum yang sewajarnya seperti yang kami lakukan di KPK.

S : adik percaya Tuhan? Percaya kalo Tuhan tidak tidur?

B : percaya pak.

S : pasrahkan kepada Tuhan, ia tahu mana yang benar mana yang salah, jangan sangsi ke Tuhan.

B : iya pak, makasih yah pak. Saya mohon pamit masih ada urusan lain, teman-teman menunggu mau rapat.

Giliran ketiga adalah Denny Indrayana, ini dialog SBY dan Denny ;

S : dik, kenapa kamu datang ke istana Jokowi dan JK, tidak datang ke istanaku di puri cikeas, kamu lupa jalan ke arah sini?

D : maaf pak, bukannya lupa, tapi kan presiden saat ini Jokowi, bukan pak SBY. Makanya saya mau minta perlindungan ke Jokowi.

S : Kenapa kamu mau minta perlindungan? Kamu kan ahli hukum paling pintar di republik ini, makanya aku angkat kamu jadi staf khusus bidang hukum, lalu wamenkumham RI. Ilmu penyidik, jaksa dan hakim masih jauh dibawah ilmu hukummu. Kamu pasti bisa lolos dari jeratan hukum.

D : sebenarnya banyak yang lebih pintar ilmu hukumnya dibanding saya pak. Ada Yusril Ihza Mahendra, Hotman Paris Hutapea, Hotma Sitompul dan Pakde Kartono. Saya cuma beruntung saja diangkat bapak jadi staf khusus bidang hukum, lalu wamenkumham RI, itu kan supaya saya gak koar-koar di media mengkritik bapak.

S : iya sih, memang nama-nama tersebut lebih pintar ilmu hukumnya dibanding kamu. Tapi kamu paling loyal dan paling bisa membuat aku seneng, karena aku gak pernah salah dimata kamu.

D : ya kalo saya gak loyal dan bela bapak, nanti bapak gak bela saya kalo korupsi saya mau diselidiki atau disidik oleh KPK, seperti Anas dan Nazaruddin.

S : pintar kamu baca situasi Dik. Btw, kapan kamu diperiksa bareskrim lagi? Saran saya ikuti saja proses hukum, sebagai warga negara yang baik, kita harus patuh hukum kan? Kalo kamu gak merasa salah, polisi, jaksa maupun hakim gak akan bisa membuktikan kalo kamu salah. Gusti Allah juga gak akan tidur jika hambanya di zolim. Lupakan tentang kriminalisasi, hadapi proses hukum dengan patuh dan baik, bukan begitu seperti yang kamu harapkan jika ada pihak tersangkut perkara di KPK.

D : tapi ini kan kriminalisasi pak? Bukan proses hukum yang sewajarnya, masa laporan baru masuk, langsung diproses secepat ini.

S : bagus kan, berarti kerja polri sekarang bisa cepat. Saya apresiasi dan senang mendengarnya. Adik percaya Tuhan? Percaya kalo Tuhan tidak tidur?

D : percaya pak.

S : pasrahkan kepada Tuhan, ia tahu mana yang benar mana yang salah, jangan sangsi ke Tuhan.

D : iya pak, makasih yah pak. Saya mohon pamit masih ada urusan lain, teman-teman menunggu mau rapat.

S : ok dik, sukses selalu yah perjuangan anti korupsinya.

D : makasih pak. Kalo saya nanti disidang sebagai terdakwa korupsi, saya tolong dibantu yah pak. Bapak bicara ke media kalo saya gak bersalah, saya dikriminalisasi.

S : maaf dik. Kalo kamu jadi tersangka, atau terdakwa korupsi. Saya gak mau bela kamu. Karena kalo bela kamu, sama saja saya bela koruptor, dan sama saja saya koruptor.

Selamat pagi Indonesia

Ps :

Demikianlah info A3 yang saya dapatkan, benar atau tidaknya biar waktu yang membuktikan, saya tuliskan di kompasiana di bagian opini bukan reportase. Nanti klo sudah A1, saya bikin reportasenya lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun