[caption id="attachment_315782" align="alignnone" width="320" caption="Anas, Andi dan Nazar di penjara (foto dari BBM)"][/caption] Tadi siang saya nonton lagi film yang menempati peringkat 1 dari 250 Top Title sepanjang masa versi IMDb, apalagi kalo bukan film 'Shawshank Redemption' dengan tokoh utamanya Andy Dufresne yang dirilis tahun 1994 berbarengan tahun dengan film legendaris karya Quentin Tarantino 'Pulp Fiction' (peringkat 6) dan film legendaris karya Steven Spielberg 'Forrest Gump' (peringkat 14). Saya tak bosan-bosannya menonton film ini, sama tak bosan-bosannya dengan menonton film The Godfather (1972) dengan tokoh utama Vito Corleone dan The Godfather (1974) dengan tokoh utama Michael Corleone. Entah mengapa, saat menonton film-film tersebut, saya seperti terbawa ke kehidupan nyata yang digambarkan dalam film tersebut, dan selalu ada pelajaran baru yang saya petik, padahal saya sudah menontonnya berulang-ulang. Beda banget dengan nonton film Indonesia, biasanya di akhir cerita, saya malah kesal sendiri, menyesal menonton, karena setting dan aktingnya yang seadannya dan terkesan dipaksakan. Ada dialog ini di film Shawshank Redemption yang saya tonton tadi siang : Andy Dufresne : If they ever try to trace any of those accounts, they're gonna end up chasing a figment of my imagination. Red: Well, I'll be damned. Did I say you were good? Shit, you're a Rembrandt! Andy Dufresne: Yeah. The funny thing is - on the outside, I was an honest man, straight as an arrow. I had to come to prison to be a crook. Pesan moral dari dialog ini ada beberapa, yaitu ; 1. Pembuatan rekening-rekening bank dengan sosok imajiner, didukung dengan kartu identitas asli tapi palsu, demi melakukan pencucian uang hasil korupsi milik Kepala Penjara Shawshank, yang sudah dipersiapkan oleh Andy untuk kepentingan kepala penjara, pada akhirnya uang di rekening tersebut diambil oleh Andy saat ia melarikan diri dari Shawshank, dan tak seorangpun bisa menangkapnya, karena bukan Andy yang tampil ke Bank, melainkan sosok imajinernya, yang tak pernah ada di dunia. --> sesuatu jika direncanakan dengan baik dan matang, hasilnya juara. 2. Jadilah seorang yang luar biasa (rembrandt) bukan orang-orang biasa, apalagi orang-orangan sawah. 3. Penjara tidak membuat orang jahat jadi baik, tapi membuat orang baik jadi jahat Contohnya di Indonesia sudah banyak, makin banyak sejak kemenkumham RI dipimpin oleh wamen Denny Indrayana yang merangkap jabatan sebagai komisaris utama PT Jamsostek. Freddy Budiman, Seorang pengguna narkoba, yang seharusnya direhab, saat bebas dari penjara bukan sembuh ketergantungan akan narkoba, malah meningkat karirnya menjadi kurir, dari kurir jadi bandar. Dari bandar jadi pabrikan atau importir narkoba. Dan gara-gara mengimpor 1.4 juta pil ekstasi dari China, Freddy Budiman di vonis mati di PN Jakarta Barat. Contoh lainnya, seorang maling sendal dipenjara, setelah dipenjara bergaul dengan maling-maling lainnya, keluar penjara jadi maling motor, mobil, bahkan jadi pembobol bank. Asik, seru nonton film Hollywood, banyak nilai-nilai baik bisa kita petik, dibanding nonton film Bollywood yang banyak berisi tarian dan nyanyian dan aksi polisi India yang selalu terlambat datang ke TKP, apalagi film Dollywood yang banyak berisi adegan seks, oh no oh yes again again. Akankah orang-orang baik seperti Nazaruddin, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh akan jadi jahat (rusak) selepas dari penjara nanti? Waktu yang akan membuktikan. Selamat malam Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H