Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adian Napitupulu dan Mulut Besarnya

6 Juni 2014   22:33 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada quote menarik di acara Primetime News Metro TV semalam, dari politisi muda PDIP yang pileg kemarin lolos ke DPR RI dari dapil Jawa Barat, Adian Napitupulu. Menanggapi Fahri Hamzah yang suaranya mulai teriak-teriak di studio saat berdebat, Adian dengan santai sambil tersenyum simpul mengatakan "Seharusnya yang dikuatkan data dan fakta, bukan suaranya."

Waduh, saya yang nonton gak kuasa menahan tawa mendengar Adian mengatakan itu, dan melihat Fahri terdiam kikuk. Dalam hati mungkin Fahri membenarkan, bahwa ia hanya menguatkan suaranya yang sumbang saja, tanpa menyajikan data dan fakta terkait opininya. Dia salah strategi rupanya, dia pikir jika dia bicara setengah teriak, Adian akan takut dan gak berani mendebat dirinya lagi.

Walaupun saya suka gaya debat dan pemahaman Adian akan suatu permasalahan, namun saya ingin mendebat quote dari Adian tersebut. Saya tidak terlalu setuju bahwa yang harus dikuatkan adalah data dan fakta, karena ada hal lain yang lebih penting untuk dikuatkan, antara lain ;

1. Pertahanan

Bila mencontoh strategi tim sepakbola Italia, maka pertahanan grendel (cattenacio) adalah pertahanan terbaik di dunia. Maka untuk memenangkan pilpres 9 Juli 2014, pertahanan tim pemenangan Jokowi-JK mesti diperkuat. Mereka harus merekrut back-back handal untuk melapis kiper Jokowi-JK yang saat ini dikomandani oleh Anies Baswedan.

Back-back handal yang bisa saya rekomendasikan adalah Gatot Swandito dan Elde. Mereka terbiasa menahan gempuran dari berbagai sudut lapangan, dan sampai sekarang belum pernah Keok apalagi Nyahok. Khusus Elde sudah pernah kena kartu merah sekali karena mentekel lawan terlalu keras, dan sepertinya itu kartu merah terakhir, karena akhir-akhir ini tekelnya makin bersih dan ciamik saja, lawan jatuh namun ia bebas dari pelanggaran.

2. Penyerangan

Bila mencontoh strategi tim sepakbola brasil, maka gaya samba adalah model penyerangan terbaik di dunia. Setiap pemain boleh memainkan bola dengan indah, meliuk-liuk dan menggiring bola sampai jantung pertahanan lawan, untuk kemudian melesakan bola ke gawang lawan.

Sebagai striker haus gol, penampilan Adian sudah sangat bagus, tapi dia harus ditemani oleh pemain tengah dan pemain sayap yang handal, baik untuk memberinya assist, maupun untuk menyambut bola muntah yang Adien tembakan ke gawang namun membentur tiang atau berhasil di blok oleh kiper. Pemain tengah dan pemain sayap handal yang saya rekomendasikan adalah Ellen Maringka dan Ifani.

3. Strategi

Skuad Pertahanan dan penyerangan yang baik, tanpa strategi yang jitu dari pelatih adalah suatu kesia-siaan. Maka saran saya rekrut pelatih yang multi talented, yang kaya akan variasi strategi yang tidak mudah terbaca lawan, yang paham kapan akan menyerang dan bertahan, kapan bermain tempo cepat dan tempo lambat, kapan menembak bola dan kapan muter-muter di tengah lapangan untuk membeli waktu.

Saya menyarankan kubu Jokowi-JK merekrut pelatih dengan kualifikasi tersebut, yaitu Pakde Kartono. Tidak susah menghubungi Pakde Kartono, cari aja di kompasiana, tanyakan saja ke siapa saja yang ditemui, yang paling ganteng, pintar, humoris dan mapan, nanti akan diantar ketemu Pakde Kartono.

Dari 3 uraian di atas, jelas terlihat bahwa Adian hanyalah bermulut besar dengan mengatakan Fahri agar memperkuat data dan fakta, bukan hanya memperkuat suara.

Bagaimana mau menyarankan Fahri untuk memperkuat data dan fakta? Jika skuad pertahanan dan penyerangan orang-orangnya seperti : Fadli Zon, Ahmad Yani, Fahri Hamzah, Aburizal Bakrie, Suryadharma Ali, Amien Rais, Rhoma Irama dll, dan pelatihnya orang kecewa seperti Mahfud MD, yang berharap dipilih Jokowi jadi cawapres, namun gak kepilih dan ngambek, lalu berbalik memihak pasangan Prahara. Dengan skuad seperti itu, bukannya makin kuat malah makin hancur, karena satu persatu, mulai dari Surya dharma Ali, harus berhadapan dengan KPK, karena bermasalah dengan hukum.

Ya sudah gitu aja,
Selamat malam Indonesia

Ps :
Ini ada titipan dari ibu-ibu di komplek, agar yang dikuatkan bukan hanya data dan fakta, tapi juga Mr P Supaya makin disayang istri masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun