[caption id="attachment_392961" align="alignnone" width="384" caption="Foto dari bbm sonny"][/caption]
Pendekar anti korupsi yang juga mantan wakil menkumham RI sekaligus komisaris PT Jamsostek, yang pernah menjadi sekretaris satgas pemberantasan mafia hukum tapi mafia hukum gak bisa diberantas juga, malah makin banyak dan merajalela, Denny Indrayana, yang bersama Ruhut Sitompul, merupakan loyalis nomor 1 mantan presiden SBY, namun di pilpres 2014 memilih capres Jokowi dengan bukti salam 2 jari setelah mencoblos di bilik suara, sejak presiden SBY lengser digantikan presiden Jokowi, menghilang tak tahu di mana rimbanya, tak pernah terlihat batang hidungnya (apalagi batang yang lain).
Banyak pihak-pihak yang rindu akan pemberantasan korupsi dan pemberantasan mafia hukum yang rindu akan sosok Denny Indrayana, doktor ilmu hukum Tata Negara dari UGM, yang meraih sarjana hukum dari UGM dengan predikat hampir cum laude (IPK 3.23). Sejak di UGM, Denny Indrayana di kenal sebagai aktivis anti korupsi, dengan mendirikan PUKAT UGM, Denny Indrayana berhasil mengidentifikasi epicentrum korupsi, yaitu di Istana, Cendana, Pemangku senjata dan pengusaha naga.
Aktivitas anti korupsi seorang Denny Indrayana yang sering mengkritik kapolri, jaksa agung dan hakim agung, akhirnya mengantar Denny Indrayana masuk ke istana nan megah, menjadi staf khusus presiden SBY bidang hukum. Sejak detik itu, Denny Indrayana masuk ke salah satu epicentrum korupsi. Pilihannya hanya 2, bunuh koruptor-koruptor di epicentrum tersebut atau berteman dengan koruptor dan ikut korupsi. Entah mana yang dipilih Denny Indrayana?
Banyak spekulasi yang beredar tentang menghilangnya Denny Indrayana setelah tidak menjabat sebagai wamenkumham RI, yang selama menjabat banyak mendapat pujian akibat kinerjanya yang ciamik, antara lain menampar sipir lapas pekanbaru, meloncati pagar seperti Batman di Lapas Sukamiskin, sampai ikut nongkrong bersama mahasiswa dan tokoh di gedung KPK untuk menjaga Novel Baswedan supaya tidak ditangkap penyidik polda Bengkulu dan polda Metro Jaya.
Spekulasi tersebut antara lain ;
1. Denny kembali mengajar ke UGM
2. Denny jadi ustad di kampung halaman
3. Denny jualan soto banjar di Jakarta
4. Denny jualan batik di kampung istrinya di Pekalongan
5. Denny meninggal dunia
Namun, sejak beberapa hari terakhir, semua spekulasi tersebut terbantahkan. Denny Indrayana muncul lagi di TV, dengan komentar-komentarnya yang bernas, yang tetap anti korupsi. Denny muncul sejak ramai-ramai berita tentang penetapan komjen pol Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi di KPK, Abraham Samad yang main politik dengan bertemu elit PDIP, penangkapan Bambang Widjojanto oleh penyidik bareskrim polri.
[caption id="attachment_392962" align="alignnone" width="560" caption="Dok pribadi"]
Selain muncul di TV, termasuk menjadi nara sumber di kompasiana TV pada Jumat jam 19.00 WIB, Denny Indrayana juga terlihat ikut menduduki kantor KPK bersama aktivis anti korupsi lainnya, sehari sebelumnya berdasarkan informasi teman-teman di Pejaten, Denny Indrayana juga terlihat demo bersama aktivis di bundaran HI.
Denny Indrayana yang loyalis SBY, lalu dipilpres tidak ikuti pilihan SBY yaitu capres Prabowo dan cawapres Hatta Rajasa, ia malah memilih capres Jokowi dan cawapres JK. Entah karena tidak mendapat jabatan apapun dari Jokowi seperti halnya Anies Baswedan yang dapat jabatan Menteri, dari yang sebelumnya mendukung Jokowi, saya lihat kemarin mulai mengkritik Jokowi. Kurang lebih Denny Indrayana berkata "Apa yang dikatakan Jokowi terkait penangkapan wakil ketua KPK BW adalah hal normatif. Seharusnya atas nama pemberantasan korupsi, presiden berpihak ke KPK."
Waduh.. Kaget juga saya mendengar perkataan Denny Indrayana ini, tidak habis pikir, kata-kata agar presiden berpihak ke KPK koq bisa keluar dari mulut ahli hukum tata negara yang sangat saya kagumi ini? Melihat perkembangan yang terjadi di diri seorang Denny Indrayana, saya selalu berpesan ke murid-murid juga ke adik-adik, agar profesionalitas dan loyalitas jangan sekali-sekali digadaikan demi harta, tahta atau wanita, sebab sekali tergadai, kita bisa DIUKUR oleh orang lain, dan itu sungguh menyakitkan.
Selamat Pagi Indonesia