Namun, sejak beberapa hari terakhir, semua spekulasi tersebut terbantahkan. Denny Indrayana muncul lagi di TV, dengan komentar-komentarnya yang bernas, yang tetap anti korupsi. Denny muncul sejak ramai-ramai berita tentang penetapan komjen pol Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi di KPK, Abraham Samad yang main politik dengan bertemu elit PDIP, penangkapan Bambang Widjojanto oleh penyidik bareskrim polri.
[caption id="attachment_392962" align="alignnone" width="560" caption="Dok pribadi"]
Selain muncul di TV, termasuk menjadi nara sumber di kompasiana TV pada Jumat jam 19.00 WIB, Denny Indrayana juga terlihat ikut menduduki kantor KPK bersama aktivis anti korupsi lainnya, sehari sebelumnya berdasarkan informasi teman-teman di Pejaten, Denny Indrayana juga terlihat demo bersama aktivis di bundaran HI.
Denny Indrayana yang loyalis SBY, lalu dipilpres tidak ikuti pilihan SBY yaitu capres Prabowo dan cawapres Hatta Rajasa, ia malah memilih capres Jokowi dan cawapres JK. Entah karena tidak mendapat jabatan apapun dari Jokowi seperti halnya Anies Baswedan yang dapat jabatan Menteri, dari yang sebelumnya mendukung Jokowi, saya lihat kemarin mulai mengkritik Jokowi. Kurang lebih Denny Indrayana berkata "Apa yang dikatakan Jokowi terkait penangkapan wakil ketua KPK BW adalah hal normatif. Seharusnya atas nama pemberantasan korupsi, presiden berpihak ke KPK."
Waduh.. Kaget juga saya mendengar perkataan Denny Indrayana ini, tidak habis pikir, kata-kata agar presiden berpihak ke KPK koq bisa keluar dari mulut ahli hukum tata negara yang sangat saya kagumi ini? Melihat perkembangan yang terjadi di diri seorang Denny Indrayana, saya selalu berpesan ke murid-murid juga ke adik-adik, agar profesionalitas dan loyalitas jangan sekali-sekali digadaikan demi harta, tahta atau wanita, sebab sekali tergadai, kita bisa DIUKUR oleh orang lain, dan itu sungguh menyakitkan.
Selamat Pagi Indonesia