Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi dan Ahok Biang Kerok Banjir Jakarta

12 Februari 2015   15:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta banjir lagi. Saya denger tetangga rumah ngedumel sambil mencoba menyalakan mesin mobilnya yang mogok akibat terendam air banjir di wilayah Grogol saat akan menjemput anak angkatnya di sebuah kampus di Jalan Kyai Tapa, yang akan diangkat-angkat di apartment Taman Anggrek selasa kemarin.

Tetangga tersebut, sebut saja namanya Mandra, mengatakan "Gimana sih ini, Jokowi sudah jadi presiden, Ahok sudah jadi gubernur, koq Jakarta tetap banjir? Pada banyak janji aja waktu kampanye, setelah kepilih kondisi sama aja, malah makin parah macet dan banjirnya jika dibanding jaman gubernurnya masih Henk Ngantung dan Ali Sadikin. Dasar biang kerok."

Saya yang mendengar ngedumelnya tetangga jadi ketawa ngakak wkwkwk, bandingin Jokowi dan Ahok koq dengan jaman Henk Ngantung dan Ali Sadikin, ini kan gak apple to apple, tapi apple to mango, gak nyambung binggo.

Saya jadi teringat pernyataan Ahok di balaikota pada tanggal 3 Januari 2014 silam, saat menanggapi banjir di Kampung Pulo yang menurut TV One mencapai 7 meter, yang mengatakan "Kampung Pulo pasti akan banjir SAMPAI KIAMAT karena warga tinggal di bantaran sungai (Ciliwung). Problemnya sama di semua tempat di Jakarta. Yang banjir kan pinggir kali semua. Jadi bukan air cari rumah. Rumah mencari air."

Dari pernyataan Ahok setahun lalu di atas, untuk banjir Kampung Pulo saja, Ahok sudah memprediksi SAMPAI KIAMAT gak akan teratasi. Lah ini, kiamat belum datang, wilayah Jakarta lainnya selain Kampung Pulo (yang berada di bantaran sungai), juga terkena banjir parah dan berhari-hari tidak surut, khususnya daerah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

[caption id="attachment_396330" align="aligncenter" width="300" caption="Foto dari bbm Sonny"][/caption]

Kalo sebagai pemimpin di DKI Jakarta saja Ahok sudah nyerah mengatasi banjir, dengan mengatakan SAMPAI KIAMAT, sebagai warga DKI Jakarta saya hanya bisa pasrah terhadap banjir. Mau apa lagi. Saya berdoa supaya banjir di Jakarta gak makin tinggi aja, jangan sampai mencapai tinggi apartemen saya di Kuningan di lantai 28.

Saya mencoba menganalisis mengapa banjir di Jakarta setiap tahun selalu datang, dan banjirnya makin lama makin tinggi. Jaman Sutiyoso jadi gubernur, banjir hanya semata kaki, paling tinggi sebetis orang dewasa, makanya saat banjir melanda, pria-pria pada senang karena melihat mbak-mbak office pulang kantor sambil angkat rok setinggi paha biar rok-nya gak kena air banjir. Ternyata banyak paha mba-mba office yang mulus-mulus yah. LOL.

[caption id="attachment_396331" align="aligncenter" width="300" caption="Foto dari setianews.com"]

142370322435340320
142370322435340320
[/caption]

Saat Jaman Jokowi dan Ahok, banjir sudah mencapai paha, dada, dan leher orang dewasa, di beberapa tempat seperti di Kampung Pulo malah mencapai 7 meter.

Ini hasil analisis saya mengapa banjir di Jakarta makin tinggi dan makin meluas ;

1. Banjir kiriman dari daerah hulu sungai

Hujan deras di daerah hulu sungai seperti Bogor, cisarua, cianjur, sukabumi dll membuat sungai penuh air, dan sungai tersebut mengalir deras ke Jakarta sebagai daerah hilir. Menerima kiriman air tiba-tiba dalam jumlah besar, Jakarta gak siap, air meluap dari kali dan sungai yang menuju ke laut, dan banjirpun tidak terhindarkan melanda pemukiman dan jalan-jalan ibukota.

Coba kalo daerah hulu sungai jangan mengirim air dalam jumlah besar, tapi mengirim buah-buahan, sayur-sayuran, gadis kinyis-kinyis, mba-mba office yang banyak, pasti Jakarta akan siap menampung dan tidak keberatan.

2. Hujannya deras berhari-hari

Hujan deras berhari-hari menjelang imlek tanggal 19 Desember membuat banjir tidak terhindarkan. Air yang tiba-tiba banyak tak tertampung di danau-danau, waduk-waduk, sungai-sungai, kali-kali, sehingga meluap ke jalanan dan pemukiman.

Karena hujannya air makanya jadinya banjir, coba kalo hujan uang berhari-hari, malah kalo bisa sepanjang tahun, pasti warga DKI Jakarta senang, karena akan terjadi banjir uang di mana-mana.

3. Daerah resapan banjir di Jakarta berkurang

4. Saluran air kecil dan tersumbat

Point 3 dan 4 tidak perlu dijelaskan lagi, karena sudah tersirat dan tersurat di penjelasan point 1 dan 2.

5. Presidennya Jokowi dan gubernurnya Ahok

Kenapa Jokowi dan Ahok selalu disalahkan dengan adanya banjir di ibukota Jakarta? Hal ini tentu tak terlepas dari kekalahan para pihak dan pendukungnya dalam pilkada DKI dan pilpres Indonesia beberapa waktu silam. Mereka belum juga Move On, sehingga mereka mengatakan Jokowi dan Ahok adalah biang kerok banjir Jakarta.

Memang move on itu bukan masalah mudah, juga bukan masalah sulit sebenarnya. Ada yang bilang susah susah gampang. Mantan pacar waktu saya SMP, sampai sekarang belum juga move on.

Dia gak nikah juga sampai sekarang. Terkait hal ini, ia mengatakan "Kalo aku tak mendapatkan dirimu, cintamu, hatimu, Biar aku melajang sampai mati. Aku tidak mau hidup berpura-pura mencintai pria lain, padahal setiap malam hatiku menjerit-jerit memanggil namamu."

Nah, selama Jokowi dan Ahok tidak disalahkan terkait banjir, gak dibilang gak becus mengurus Jakarta, maka sebaiknya gubernur dan wagub DKI Jakarta periode berikutnya, programnya jangan lagi JAKARTA BEBAS MACET dan BANJIR, karena hal itu imposible, siapapun yang terpilih, bener kata Ahok "sampai kiamat, Jakarta pasti banjir", karena beberapa alasan di atas.

Selamat pagi Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun