1. Banjir kiriman dari daerah hulu sungai
Hujan deras di daerah hulu sungai seperti Bogor, cisarua, cianjur, sukabumi dll membuat sungai penuh air, dan sungai tersebut mengalir deras ke Jakarta sebagai daerah hilir. Menerima kiriman air tiba-tiba dalam jumlah besar, Jakarta gak siap, air meluap dari kali dan sungai yang menuju ke laut, dan banjirpun tidak terhindarkan melanda pemukiman dan jalan-jalan ibukota.
Coba kalo daerah hulu sungai jangan mengirim air dalam jumlah besar, tapi mengirim buah-buahan, sayur-sayuran, gadis kinyis-kinyis, mba-mba office yang banyak, pasti Jakarta akan siap menampung dan tidak keberatan.
2. Hujannya deras berhari-hari
Hujan deras berhari-hari menjelang imlek tanggal 19 Desember membuat banjir tidak terhindarkan. Air yang tiba-tiba banyak tak tertampung di danau-danau, waduk-waduk, sungai-sungai, kali-kali, sehingga meluap ke jalanan dan pemukiman.
Karena hujannya air makanya jadinya banjir, coba kalo hujan uang berhari-hari, malah kalo bisa sepanjang tahun, pasti warga DKI Jakarta senang, karena akan terjadi banjir uang di mana-mana.
3. Daerah resapan banjir di Jakarta berkurang
4. Saluran air kecil dan tersumbat
Point 3 dan 4 tidak perlu dijelaskan lagi, karena sudah tersirat dan tersurat di penjelasan point 1 dan 2.
5. Presidennya Jokowi dan gubernurnya Ahok
Kenapa Jokowi dan Ahok selalu disalahkan dengan adanya banjir di ibukota Jakarta? Hal ini tentu tak terlepas dari kekalahan para pihak dan pendukungnya dalam pilkada DKI dan pilpres Indonesia beberapa waktu silam. Mereka belum juga Move On, sehingga mereka mengatakan Jokowi dan Ahok adalah biang kerok banjir Jakarta.