Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesona Pria Paruh Baya (Om-om, Gadun) di Mata Gadis Belia Kinyis-kinyis

23 Februari 2015   14:10 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 2961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun om-om ini sibuk urusan kantor, banyak juga urusan rumah, sejauh pengamatan saya ke teman-teman saya yang masuk kualifikasi om-om, masih sempat saja memanjakan pacarnya yang gadis belia nan kinyis-kinyis.

Om-om ini sangat perhatian sekali, melebihi orang tua kandung gadis belia tersebut, ia memberikan uang jajan yang lebih dari cukup, membelikan HP terbaru, menyewakan apartemen di tengah kota, mengkreditkan city car supaya gadisnya tidak susah naik bis atau angkot, mengoleh-olehkan baju dan tas dari perjalanan dinas ke luar negeri, sampai menghafalkan jadwal menstruasi bulanan.

Gadis belia mana yang tidak terbuai oleh perhatian pria paruh baya yang menyayanginya melebihi papa kandungnya di rumah, yang kadang bikin sebel karena lebih perhatian ke anak tetangga daripada anaknya sendiri?

2. Pria paruh baya mapan secara ekonomi

Perjalanan karier seorang pria mencapai puncaknya di atas usia 40-an. Jika PNS, biasanya jabatan eselon 2 dan 1, yang akan dicapai saat usia 40-an dengan pangkat minimal IV B, hal ini pas jika dihitung sejak masuk PNS golongan III A di usia 25 tahun.

Jika swasta, maka jabatan direktur dan kepala cabang adalah jabatan tertinggi, biasanya dicapai oleh pegawai karier juga saat usia 40-an. Kecuali untuk anak pemilik perusahaan, usia 20-an tahun juga sudah bisa jadi direktur atau kepala cabang.

Terkait hal ini, ada testimoni menarik dari adik angkat saya, seorang model FHM yang ingin cepat-cepat menikah (bila perlu tanpa pacaran) dan hidup berkecukupan, ia mengatakan, "Daripada aku menikah dengan pegawai muda dengan masa depan cerah, mending aku menikah dengan bossnya yang masa sekarang cerah. Daripada aku menikah dengan anak konglomerat atau orang kaya yang akan mendapat warisan sangat banyak, mending aku menikah dengan papanya yang jelas-jelas banyak hartanya."

3. Pria paruh baya tidak mementingkan diri sendiri (egois)

Dalam hubungan pacaran, dan juga pernikahan, sangat disarankan terjadi take and give. Nah, pria paruh baya paham sekali akan hal-hal ini, karena mereka sudah 'take' dari gadis belianya, maka tanpa diminta, mereka akan 'give' kepada gadis belianya.

Saking pengertiannya, 'give'nya ini melebihi ekspetasi gadis belia tersebut. Misal, saat pikiran pingin liburan ke Bali atau Bunaken, pria paruh baya malah mengajak ke Maldives. Ini kan a very big surprise. Gimana gak makin sayang kalo diperlakukan seperti ini terus?

Misalnya lagi, di saat pikiran pingin minta motor matic biar bebas macet dan tidak telat ke kampus, pria paruh baya malah membelikan apartemen dekat kampus, sekalian tempat ia transit saat dinas luar siang hari, dan sesekali pingin makan gado-gado bareng gadisnya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun