Secara tradisional petani membersihkan padi dengan cara dihembus dengan kipas manual, bisa juga dengan menggunakan motor listrik (saya pernah membuat kipas tersebut. Prosesnya sederhana, pertama gabah yang masih bercampur dimasukkan ke bak penampung. Dalam konvensi pasti tidak sesederhana itu.
Dari bak penampung melalui klep atau pintu yang dapat distel gabah atau padi akan turun sedikit demi sedikit seraya dihembus angin dari kipas yang telah dihidupkan atau diputar secara manual (dikerjakan oleh dua orang) sebelumnya. Jika fit and proper test dilakukan oleh para ahli atau spesialis bidang yang akan ditanyakan, mungkin. Â
Proses pengipasan akan memisahkan antara padi atau gabah-gabah yang mentes (bernas) dan yang gabug (kosong). Gabah yang bernas—karena lebih berat—akan jatuh pada corong pertama dan berikutnya. Dan yang gabug (kosong) semakin mudah diterbangkan keluar dari cerobong dan dianggap sebagai sampah. Sedangkan dalam ajang konvensi yang diadakan oleh PDIP hanya akan menghasilkan 5 peserta yangmentes(bernas), sementara sisanya terbang melayang-layang hanya (sambil) menghambur-hamburkan uang. Jangan-jangan yang lima gabug juga....hahahaha.
Setelah didapat gabah yang bernas untuk dijadikan beras, proses selanjutnya dibawa ke huller (beberapa masih ada juga yang menumbuk dengan menggunakan alu kincir air) untuk memecah atau membuang kulit-kulit gabah. Tahapan terakhir untuk mendapatkan beras bermutu atau layak konsumsi beras kembali dibersihkan atau dipisahkan dari melukut, sekam dedak dan sebagainya. Dalam konvensi mencari kandidat gubernur DKI yang diadakan oleh PDIP, setelah didapatkan 5 peserta yang dianggap mampu mengalahkan sang petahana, Â ada 4 orang terpilih yang harus dieliminasi, artinya hanya satu orang yang akan diusung oleh PDIP (plus koalisinya). Celakanya, proses panjang ribet dan rumit itu keputusan akhir ada diujung pinset sang Ketua Umum PDIP. Akhirnya, setelah mengikuti konvensi dan berhasil menjadi 5 besar malah sport jantung. Jangan-jangan......jangan-jangan.....hanya dijadikan wakil saja, atau malah tidak dijimpit sama sekali oleh sang penyelenggara konvensi. Hehehehe rasakno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H