Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Listrik Pintar dan Konsumen Pintar

20 April 2016   16:20 Diperbarui: 20 April 2016   16:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto pribadi dari MPB sendiri yang baru dipasang tiga bulan lalu."][/caption]

Katanya menggunakan MPB (Meteran Prabayar) itu lebih boros dibanding dengan menggunakan meteran konvensional. Rumor itu ditempat kami disebarkan oleh pelanggan PLN yang justru mereka sendiri tidak/belum menggunakan MPB (Meteran Prabayar). Bahkan lucunya ada orang yang rumahnya belum dialiri listrik , alias belum memasang listrik ikut-ikutan ‘mengabarburungkan’ bahwa mending memakai meteran model lama ketimbang yang canggih. Informasi (yang menyesatkan) itu mereka dapatkan dari katanya-katanya. Makanya untuk mensosialisasikan Listrik Pintar, terlebih dahulu masyarakat (konsumen dan calon konsumen) dibuat pintar, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa yang tidak memasang MPB adalah bodoh. Bukan, bukan itu maksud saya.

INFORMASI YANG BENAR

Sudah lama saya ingin mengganti meteran konvensional menjadi meteran digital. Namun, karena simpang siurnya informasi yang saya dapatkan maka baru tiga bulan belakang ini saya menggantinya. Karena penasaran sebelum mengganti ke sistem prabayar, saya mencari informasi dari tetangga atau teman yang meterannya telah menggunakan sistem digital atau istilahnya “Listrik Pintar”. Ada yang sejak pasang baru langsung pakai MPB, ada juga beberapa tetangga yang baru beberapa bulan meteran konvensionalnya diganti dengan sistem digital atau dari pascabayar ke prabayar.

Dari situ saya mendapat informasi (menurut saya) banyak kemudahan dan keringanan—bila tidak bisa disebut sebagai keuntungan—dibanding pakai meteran model lama. Dan akhirnya saya memutuskan untuk mengganti meteran analog menjadi meteran digital. Ternyata terbukti saya merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam menggunakan energi listrik yang dipasok PLN setelah memakai “Listrik Pintar”.

GRATIS

Katanya—lagi-lagi orang yang belum menggunakan PMB—mengganti meteran biasa menjadi meteran digital biayanya mahal. Ternyata ditempat kami di Kabupaten Solok Selatan tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis tis tis tis! Memang ada biaya administrasi (hanya) 5 ribu rupiah dan pulsa awal 20 ribu rupiah, itu saja. Syarat lainnya cukup melapor ke kantor pelayanan setempat dengan menyerahkan rekening terakhir dan fotocopy KTP yang masih berlaku dan mengisi formulir. Jika  ada ketersediaan , dua hari kemudian MPB akan dipasang. Kebetulan punya saya selang satu minggu setelah melapor langsung meteran kuno saya diganti dengan meteran canggih oleh PLN. Terimakasih PLN.

HEMAT

Setelah menggunakan MPB apakah terjadi pemborosan? Saya tidak merasakan itu, justru terjadi penghematan. Biasanya satu bulan saya membayar rekening listrik kisaran 50 hingga 60 ribuan, namun setelah menggunakan MPB terkadang 20 ribu rupiah cukup untuk dua minggu, jadi artinya satu bulan saya dapat menghemat kurang lebih 10 ribuan. Kenapa bisa demikian? mungkin salah satunya karena kita tidak dikenakan biaya beban atau abonemen. Namun, tergantung pada pemakaian kita juga, jika secara jor-joran memang sama saja borosnya.

Kelebihan atau kemudahan lainnya menggunakan MPB dibanding meteran analog, kita tidak perlu datang ke Kantor Pos atau tempat pembayaran lainnya berarti kita dapat menghemat biaya transportasi. Ada juga yang menggunakan jasa kurir, dia yang membayarkan atau menalangi terlebih dahulu, setelah didapat resi atau struk pembayaran selanjutnya diantar kerumah kita, dan tentunya ada biaya tambahan beberapa ribu rupiah.

LISTRIK PINTAR DAN KONSUMEN PINTAR

Dengan sering terjadinya listrik padam atau istilahnya byar-pet, banyak pelanggan yang menggunakan emergency lamp atau lampu darurat. Namanya saja darurat, sifatnya sementara. Pada saat listrik PLN padam lampu tersebut menyala secara otomatis. Namun, lampu darurat tersebut harus selalu dicolokkan ke stopkontak untuk mengisi (charge) baterai. Nah pada saat mencas inilah terjadi sedikit terjadi penyedotan arus meski hanya beberapa watt atau amper saja.

Saya kebetulan lebih setahun pernah tinggal di gubuk ladang yang jauh dari tetangga dan jauh dari jangkauan listrik PLN. Kalau malam hari hanya terdengar nyanyian serangga dan suara katak. Dengan tidak adanya penerangan (kecuali lampu minyak tanah) suasana sedikit bertambah horor. Atas kondisi itulah muncul ide untuk membuat lampu neon DC. Kebetulan saya punya motor lama yang kondisinya masih lumayan. Baterai atau akinya yang saya manfaatkan untuk mencatu inverter sederhana (bukan sekelas UPS), lumayan bisa untuk menghidupkan lampu TL 10 watt beberapa jam menjelang tidur. Tentunya setelah motor dibawa keluar untuk keperluan sesuatu sambil mencas aki.

Setelah saya tinggal diperumahan dan sudah dialiri listrik yang menggunakan PMB, saya masih sesekali menggunakan LBM (Listrik Baterai Motor) sebagai emergency lamp. Bedanya jika emergency lamp yang dijual dipasaran harus (selalu) dicharge dengan listrik, sedangkan bikinan (bukan ciptaan) saya menggunakan baterai motor yang cara ngecasnya sambil jalan-jalan muter-muter keliling kampung. Hemat energi listrik tapi boros BBM? Tentunya bukan sekadar jalan-jalan, ada keperluan tertentu yang harus mengendarai motor.    

Masih banyak cara lain untuk menghemat energi listrik. Tak hanya menghemat energi listrik, bila perlu ikut menciptakan (apa masih ada yang baru yang belum diciptakan ya?) energi listrik alternatif. Ya, paling tidak berkreasi atau berinovasi. Jadi, program Listrik Pintar PLN harus dibarengi dengan Konsumen Pintar.

Ada pepatah mengatakan, ketimbang mengutuk byar-petnya listrik , lebih baik mencari sumber energi alternatif.

[caption caption="Foto edit pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Foto edit pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Foto edit pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Foto edit pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Foto edit pribadi"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun