Kembali muncul pro kontra ditengah masyarakat mengenai Jokowi. Kali ini bukan tentang politik, tapi tentang pesta pernikahan yang di politisisasi. Dulu ketika SBY besanan dengan HR juga dipolitisasi, katanya perkawinan politik, PD kawin dengan PAN. Dan kini kembali muncul politisasi perkawinan juga, namun antara hadir dan tidak hadir pada pesta.
Sudah pasti pro kontra akan berhamburan ditengah masyarakat. Terlebih lagi para pakar komunikasi dan pengamat politik, bukan hanya sebatas beropini atau komentar saja tapi sudah menjustifikasi, menstigmatisasi dan bahkan mendramatisasi (wah makin keren bahasanya Pak Dhe....hehehe).
Berikut adalah pendapat 512 orang pakar dan pengamat yang berhasil saya himpun. Dan maaf nama-nama komentator terpaksa hanya inisialnya saja yang saya tulis untuk menghindari friksi dan demi stabilitas perpolitikan di tanah air yang sedang mengalami turbulensi. Hehehehe....makin hebat bahasanya ya to, iya gitu lho!
Komentar ini yang muncrat, eh typo muncul maksud saya karena Jokowi tidak hadir.
Random saja ya :
EG : “Kelihatan banget culunnya, masa sesama petinggi negara, nggak mau menghadiri pesta hanya karena dianggap mencatut namanya”
ES : “Sejak 100 hari menjabat saja saya sudah suruh turun dia, malu saya punya presiden kayak gitu, masak menghadiri pesta saja nggak mau, takut diracun kalee”
FH : “SINTING, sekadar menghadiri undangan saja tidak sudi”
FZ : “BODOH....., dan semakin kelihatan bodohnya, bodoh apa takut, maklum kualitas ikan kerempeng beraninya cuma di akuarium, di samudera luas takut dimangsa gurita buas.”
AS : “ Jokowi tidak hadir hanya pencitraan saja agar kelihatan kontra dengan orang yang tidak seiman dengannya, padahal kita tahu, Jokowi itu cina, kristen, antek asing, antek aseng, zionis, liberal, sekuler, pemuja dajjal, lihat itu pada konser metallica, jarinya menunjukkan sebagai pemuja dajjal.”
MR : “Saya juga sangat menyesal berat kenapa Pak Jokowi tidak hadir, padahal saya sudah siapkan bukan hanya smartphone tapi handycam dengan resolusi tinggi dan sangat peka, untuk mewancarai Pak Jokowi, agar kelak tidak dibilang mengarang lagi oleh pacar saya Said Didu.”
JK : “Wah rugi Pak Jokowi nggak hadir, saya hadir lho, wuiih disana banyak cewek-cewek yang.....ah rahasia, nggak saya sebutkan, nanti pada ngiri, cleguk”
AJ : “Saya salah satu penggemar Jokowi, meski bukan pendukung berat, saya nggak suka Jokowi menghadiri pesta calon napi. Sukur Jokowi ngga hadir, kalo hadir tak clurit dia pulang dari pesta”
LD : “Bagus Pak Jokowi tidak hadir, pasalnya saya dengar si Anu katanya juga akan hadir, wah bahaya itu, jangan-jangan nanti sepatunya nggak disemir saja dipermasalahkan”
GS : “Sebagai Ustadz, saya sangat menyesalkan kenapa Jokowi tidak hadir, itu berarti memutuskan tali silaturahim, dalam agama apapun itu tidak dibenarkan, na’uzubillahi minzalik”
BS : “Seharusnya Pak Jokowi hadir, setelah makan-makan, minum-minum, ngopi-ngopi, kongkow-kongkow sambil mendengarkan musik metal. Siapa tau setelah itu bisa dibantu minta tambahan saham 90%, lumayan kan”
PS : “Seharusnya Pak Jokowi hadirlah, cukup salaman saja sama SN sambil berbisik ”Kamu bisa lolos dari MKD, tapi ingat negara kita punya Polisi, Jaksa, KPK, dan Pondok Bambu masih kekurangan penghuni lho”
Demikianlah komentar dari pakar, pengamat, ahli hukum, haji, ustadz, writer, public speaker, trainner, manager dan er er yang lain, terutama Kompasianer.
Saya menjanjikan ada 512 pendapat, namun karena SN dipanggil MKD baru hari Senin, untuk melengkapi agar menjadi 512, maka yang 500 saya publish hari Selasa Legi tanggal 8 Desember 2015 pukul 06.12.51. Catat.
Dan diatas saya juga menjanjikan bahwa demi menjaga etika dan privasi, saya hanya menyebut inisialnya saja, inisialnya saja, sekali lagi iniiisialnya sajaaaa, paham?
Saya tidak akan menyebut misalnya :
EG = Effendi Gazali
ES = Effendi Simbolon
FH = Fahry Hamzah
FZ = Fadli Zon
AS = Adi Supriadi
MR = Mike Reysent
JK = Jati Kumoro
AJ = Ahmad Jayakardi
LD = Lovely Darsem
GS = Gatot Swandito
BS = Bain Saptaman
PS = Pantangdi Sebut
Mohon maaf bagi yang tidak disebut namanya disini bukan apa-apa, hanya karena terbatasnya ruang dan waktu saja.
Sekian, assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H