Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi dan Ahok Saling "Tuding!"

5 November 2013   15:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:33 5728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia paling “aneh” di Indonesia menurut yang saya tahu ada dua. Dan lebih aneh lagi karena kebetulan mereka sedang berpasangan memimpin porovinsi yang paling kompleks permasalahannya di negeri ini, yakni Provinsi Daerah Khusus Ibukota.

Aneh, karena mereka saling melempar, saling mengelak dan saling tuding satu sama lain. Sebenarnya masalah tuding menuding di dunia politik atau di lingkungan pejabat negara itu sudah merupakan hal biasa. Sehingga terkadang masyarakat yang sinis mengatakan; kalau tidak saling tuding itu namanya bukan pejabat. Dan itu tidak mengejutkan.

Yang mengejutkan dan aneh itu jika “saling tuding” dilakukan gubernur dan wakilnya yang selama ini dikenal sebagai pasangan yang sangat harmonis dan bersinergi.

Awalnya, ketika Basuki Tjahaya Purnama atau wakil Gubernur DKI yang lebih akrab dipanggil Ahok itu menerima penghargaan BHACA atau Bung Hatta Anti Corruption Award 2013 di Graha Niaga Jakarta, dia mengatakan tidak layak menerima penghargaan itu. Yang layak menerima itu seharusnya Joko Widodo atau Jokowi.

Aneh bukan? Sementara orang lain dengan berbagai upaya untuk mendapatkan penghargaan, bahkan terkadang dengan membelipun sanggup, Ahok malah menolaknya. Betul-betul manusia “aneh” dan langka.

Namun setelah diberi penjelasan bahwa prestasi Ahok bukan hanya prestasi melawan korupsi di Jakarta saja, melainkan saat dia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, Dan dikatakan pula oleh panitia BHACA bahwa Jokowi pernah juga menerima penghargaan yang sama pada tahun 2010 saat menjadi Walikota Surakarta, akhirnya Ahokpun menerima.

Itu keanehan Ahok. Jokowi lain lagi, setelah Ahok menerima penghargaan BHACA tersebut, Jokowi menilai bahwa Ahok layak menjadi capres 2014. Sosok tersebut menurut Jokowi adalah sosok yang ideal untuk memimpin bangsa Indonesia, karena  tegas, bersih, berani dan jujur.

Ahok mau menjadi capres, tapi menolak jika berkompetisi dengan Jokowi. Jika Jokowi maju menjadi capres Ahok nggak akan mencalonkan diri, tetap akan mendukung Jokowi.

Itulah manusia “aneh” yang ada di Indonesia saat ini. Ada yang sanggup meniru?

Sumber :

Basuki: Harusnya Jokowi yang Terima Penghargaan Antikorupsi

Jokowi: Pak Basuki Itu Layak Jadi Capres

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun