Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Jroning Suka Kudu Eling Lan Waspada"

24 September 2012   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 2177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kakek saya pernah mempunyai sebuah poster atau gambar wayang punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Gambar itu berukuran lebih kurang 30 X 50 cm dengan dibingkai dan diberi kaca. Dalam gambar itu di bagian atas ada sebuah kalimat dalam bahasa dan aksara Jawa. Kalimat itu berbunyi seperti judul diatas JRONING SUKA KUDU ELING LAN WASPADA”.

Adegan dalam gambar wayang itu seperti seorang ayahyang sedang menasihati anak-anaknya. Seolah-olah kalimat itu yang sedang diucapkan oleh Semar kepada anak-anaknya Gareng, Petruk dan Bagong tersebut. Jika hanya dibaca sekilas saja, sepertinya kalimat itu tak ada maknanya sama sekali. JRONING SUKA KUDU ELING LAN WASPADA”, terjemahannya bahasa Indonesia kira-kira artinya didalam suasana gembira harus ingat dan waspada. Namun jika direnungkan dan dicermati sesungguhnya kalimat itu mempunyai makna yang sangat dalam, atau paling tidak sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan berinteraksi sesama teman.

Mengapa kalimat itu diucapkan oleh seorang tokoh Semar? Semar beserta tiga orang anaknya didalam pewayangan adalah seorang punakawan atau panakawan atau batur. Pana artinya mengerti, terang, paham atau jelas dan kawan artinya teman. Sedangkan batur jarwo dhosoknya pangembating catur. Semar dan anak-anaknya adalah tokoh yang selalu mengikuti ksatria yang berwatak jujur dan berbudi luhur seperti para pandawa. Pada saat tertentu Semar dijadikan rujukan, panutan atau penasihatnya para pandawa.

Punakawan, panakawan atau batur dalam pewayangan mempunyai tugas ganda. Selain memberi nasihat (pangembating catur) juga sebagai penghibur para satria yang diikuti (diemong), makanya tokoh punakawan itu mempunyai selera humor dan harus pandai melucu untuk menghibur momongannya. Tergantung dalangnya juga....hehehehe.

Kembali pada judul, kata-kata nasihat atau ular-ular yang diucapkan Semar kepada anak-anaknya itu apakah masih relevan jika diimplementasikan dalam kehidupan atau pergaulan saat ini? Menurut saya perlu.

Hiburan atau humor itu penting dalam kehidupan atau pergaulan. Kalau mereka yang sedang jatuh cinta mengatakan “Hidup tanpa cinta, bagai malam tak berbintang”. Demikian juga tentang humor, “Hidup tanpa humor, bagai soto tanpa garam”......hehehehe.

Humor adalah bumbu pergaulan, makanya dalam pergaulan kita perlu humor atau canda. Dengan humor atau bercanda kita mudah mendapat teman. Namun, jika kita tidak bisa empan papan, menempatkan sesuatu pada tempatnya atau proporsional maka akan terjadi sebaliknya. Tujuan awalnya canda atau humor sebagai sarana mencari teman, malah yang didapat musuh jika kita kurang hati-hati atau berlebihan.

Apa yang dikatakan Semar, didalam suasana kegembiraan kita harus selalu ingat dan waspada artinya jangan berkelebihan atau keterlaluan. Pernah dulu saya ketika tertawa cekakaan saking gembiranya, ditegur oleh nenek saya “Ngguyu aja keliwat, mengko mundhak nangis“ artinya kalau tertawa jangan kelewatan nanti jadinya malah menangis.

Demikian juga ketika kita bercanda dengan teman-teman yang sudah akrab maupun baru kenal terlebih lagi yang belum pernah berkenalan, kita harus selalu eling lan waspada, maksudnya jangan berlebihan. Sensitivitas seseorang tidak sama, ada orang yang memang sungguh-sungguh tidak bisa diajak bercanda, apalagi bila candaannya mengusik privasinya ataumenyangkut hal-hal yang bersifat merendahkan harga diri dan melecehkan lantaran kekurangannya.

Pernah terjadi dua orang teman yang sudah sangat akrab dan bersahabat sudah bertahun-tahun gara-gara bercanda tidak pada tempatnya atau waktunya tidak tepat, lalu dua sahabat tersebut bertengkar serius dan akhirnya putus persahabatannya. Apapun yang berlebihan pasti kurang baik apalagi bercanda, orang jawa bilang sak madya, yang sedang-sedang saja. Agamapun menegaskan bahwa sesuatu yang berlebihan tidak baik.

Demikianlah kata-kata nasihat “JRONING SUKA KUDU ELING LAN WASPADA” yang ada dalam poster gambar wayang punakawan itu, semoga ada manfaatnya dalam kehidupan pergaulan kita di dunia maya maupun dalam kehidupan nyata. Dan semoga canda tawa kita bisa mempererat tali silaturahim, bukan sebaliknya.

Hidup tanpa humor bagai soto tanpa garam, tapikalau soto kebanyakan garam......apa ya rasanya.

*****

Solsel, 240912

Pak De Sakimun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun