Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arsitektur Kuno yang Tak Berubah Hingga Kini (WPC XIX)

28 Agustus 2012   09:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang arsitektur atau sebuah bangunan, tidak bisa terlepas dari siapa perancang atau arsiteknya. Arsitek adalah ahli dalam merancang atau merencanakan sebuah bangunan. Bukan hanya itu saja, arsitek juga bertanggung jawab terhadap efektifitas dan daya tahan sebuah bengunan yang dirancangnya. Oleh karena itu arsitek tidak sembarangan dalam memilih bahan bangunan lantaran kualitas material yang dipergunakan ikut andil dalam keindahan dan ketahanan sebuah bangunan.

Selain artistik sebuah gaya artistektur juga harus fungsional, artinya apa-apa yang dirancang untuk melengkapi sebuah bangunan itu harus berdayaguna. Tidak salah jika arsitek adalah seorang yang multi talenta, mempunyai jiwa seni, kreator, inovator dan berilmu pengetahuan. Singkatnya arsitek pasti orang cerdas. Dengan inovasi tiada henti, maka arsitek selalu menghasilkan karya yang indah dan mengagumkan, dan dikenang sepanjang zaman.

Namun ada sebuah bangunan yang sejak dirancang pertamakali beratus bahkan beribu tahun yang lalu hingga saat ini tak ada perubahan sama sekali. Meskipun gaya arsitektur kuno tetapi fungsi dan bentuknyapun dibangun sedemikian teliti dan akurat. Bahannyapun tidak sembarangan, sejak jaman dulu masih memakai bahan yang sama. Meskipun tidak pernah sekolah sang arsitek cerdas tersebut merancangnya sungguh sangat matematis dan geometris penuh perhitungan. Siapakah arsitek kuno itu, dan seperti apa arsitektur hasil rancangannya ?

Dibawah ini nama arsitek tersebut berikut hasil rancangannya :

Dilahirkan di Pulau Sumatera, namanya Insinyur Apis koschevnikovi, katanya.

Ini fotonya Mas Apis sedang memperbaiki genteng........hehehe.....tawoooonnn....

[caption id="attachment_195674" align="aligncenter" width="400" caption="Sang arsitek sedang memperbaiki genteng bocor?......"]

1346143869241594268
1346143869241594268
[/caption] [caption id="attachment_195675" align="aligncenter" width="400" caption="Memperbaiki genteng kubah ?, bingung dengan foto ini ?, lihat yang normalnya setelah foto ini"]
13461441081967370830
13461441081967370830
[/caption] [caption id="attachment_195677" align="aligncenter" width="400" caption="Sang arsitek sedang bergelantungan, foto normal, kebalikan foto di atas"]
1346144537381038987
1346144537381038987
[/caption] Ya tawon, namun ada juga yang menyebutnya lebah. Tapi tawon dan lebah memang serupa tapi tak sama. Tawon tubuhnya ramping, mempunyai rahang untuk menggigit, berambut tipis, larvanya memakan daging dan bentuk semua kaki sama. Sedangkan lebah tubuhnya gemuk, tidak mempunyai rahang, rambutnya tebal, larvanya memakan madu dan kaki belakang lebih besar dari yang lain.
[caption id="attachment_195678" align="aligncenter" width="400" caption="Di atas genteng apa di bawah sarang?, lihat yang normal foto di bawah ini"]
13461447531446874641
13461447531446874641
[/caption] [caption id="attachment_195679" align="aligncenter" width="400" caption="Ini posisi normal dari foto di atas"]
13461450161066424021
13461450161066424021
[/caption]

Selain di Pulau Sumatera mereka hidup juga di Kalimantan, katanya. Jenisnya banyak konon ada 75 ribu jenis. Karena saking banyaknya maka yang (bisa) saya jepret yang kebetulan ada dirumah saya. Memang tawon yang bersarang di (bawah atap) rumah saya itu kebetulan bukan tawon sejenis yangjahat. Meskipun tanpa seizin saya mereka membangun rumah didalam rumah saya, lantaran mereka tidak nakal ya saya biarkan, sayapun tidak mau mengganggu mereka.

[caption id="attachment_195680" align="aligncenter" width="400" caption="melekat erat dibawah atap"]

1346145251843188705
1346145251843188705
[/caption]

Mereka hidup berkoloni, namun tawon yang sejenis ini masyarakatnya tidak banyak, hanya sekitar 5 sampai sepuluh orang eh sepuluh ekor saja. Dan sepertinya tawon jenis ini tidak pernah ada madunya. Saya belum pernah melihat sarang tawon yang ada madunya, sarang yang masih dihuni maupun yang telah mereka tinggalkan.

Sarangnya berbilik-bilik dengan bentuk heksagonal atau segi enam. Menurut para ilmuwan kenapa sarang tawon bentuknya segi enam, selain efisiensi material juga tidak ada tempat yang mubazir, beda dengan bilik yang bentuknya bulat. Sarang tawon dibuat dari propolis atau perekat getah pohon yang berkualitas, sehingga bisa tahan lama dan tidak beracun yang bisa membahayakan larva-larvanya kelak.

[caption id="attachment_195692" align="aligncenter" width="400" caption="indah, manis, simetris, geometris dan matematis....pokoknya tis..tis..lah"]

13461470151162451771
13461470151162451771
[/caption] [caption id="attachment_195693" align="aligncenter" width="400" caption="Bingung dengan foto ini ?, optical illusion, lihat yang lain"]
1346147267175173320
1346147267175173320
[/caption] [caption id="attachment_195694" align="aligncenter" width="400" caption="foto ini mata kita tidak tertipu"]
13461476431658426589
13461476431658426589
[/caption]

Tawon ini membuat sarangnya tidak terlalu besar, paling besar sekitar 30 sampai 35 cm saja diameternya. Terkadang baru dibangun sebesar 5 sampai 10 cm saja sudah mereka tinggalkan untuk membangun sarang yang baru, padahal jarak rumah lama dengan rumah barunya hanya sekitar satu meter.

Jadi, apa untungnya hidup bersama tawon yang tidak menghasilkan madu. Untungnya memang tidak ada, tapi ruginyapun kan tak ada. Mereka hanya numpang tidak mengganggu kita, masak harus kita usir atau kita ganggu.

Eh maaf, ada untungnya kok, saya jadi bisa mengirim foto ke event WPC Animal and Pets Photography minngu ini. Siapa tahu besok jadi pemenang dan dapat hadiah, lumayan juga kan ?

Itulah persahabatan saya dengan Mas Insinyur Apis koschenikovi (kayak orang cekoslovakia namanya).......hehehehe.

Tawon saja mau hidup rukun sama manusia kok, yang sama-sama manusia malah kepruk-keprukan sampe bunuh-bunuhan. Gek rebutaaaannnn opuuoo....!!!

Mbok belajar pada tawon, sama-sama tawon hidupnya kompak, bergotong royong, melaksanakan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab, nggak mau merebut jatah yang bukan haknya, tawon pekerjapun dengan tekun melakukan pekerjaannya dengan tulus tanpa iri dengan tawon pejantan yang kerjanya hanya kawin saja. Juga sang ratu yang kerjanya hanya cuma ngendog atau bertelur saja, tapi mereka tetap rukun. Pendidikannya apa ya tawon-tawon itu.

Ah, kok jadi malu saya pada tawon.

*****

Lihat juga foto yang indah dan artistik disini

Sol Sel, 28 Agustus 2012

Pak De Sakimun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun