Saya termasuk orang yang paling “ngawur” membaca buku. Jangankan hanya buku stensilan, kemasan odol atau kemasan sabun mandi saja tidak terlewat saya lumat untuk dibaca, yang penting ada tulisannya. Saya sering ketika nongkrong di kamar kecil sambil membawa buku untuk dibaca. Makanya ketika tidak ada yang dibaca, ya kemasan odol atau sabun mandi jadi sasaran. Hehehehe...
Anak-anak sekarang mungkin sudah tidak mengenal lagi apa itu buku stensilan. Buku stensilan itu selain kertasnya buram, huruf-hurufnya pun kurang jelas, terkadang malah berbentuk noktah hitam, misalnya huruf ‘o’ atau huruf ‘a’. Itu disebabkan ketika mengetik sit(lembar kertas tipis yang dijadikan sebagai mal pengganda)nya terlalu keras dan akhirnya huruf-huruf itu bolong. Memang huruf-huruf itu harus berlubang agar tinta stensil bisa merembes pada kertas buram (stensil) yang akan dijadikan sebuah buku atau tulisan yang lain.
Sekarang? Mungkin mesin-mesin stensil itu sudah dimuseumkan dan digantikan dengan mesin fotokopi, printer dan mesin cetak.
Saya adalah salah seorang yang punya banyak hobi, pernah saya tulis disini. Salah satu hobi saya (mengutak-atik) elektronik. Elektronik adalah sesuatu yang rumit(menurut saya) dibanding dengan hobi yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hobi saya itu, saya mengorbankan salah satu benda yang sangat berkesan dalam kehidupan rumah tangga kami, yakni cincin kawin. Saya tukarkan dengan radio bekas dan rusak, merknya SANYO, 4 band 6 transistor.
Belum sampai sebulan rasa jenuh, bosan dan putus asa menghantui semangat saya. Pasalnya, untuk menghidupkan radio yang sudah membangkai itu saya tidak tahu apa yang harus diutik. Setelah dipasang baterai enam buah, radio itu hanya berbunyi krak-krek krak-krek. Tidak ada bunyi dengung atau desis, apalagi bunyi siaran dari pemancar. Cuma diputar-putar feritnya, itupun tak ada reaksi apa-apa sama sekali.
Pada suatu hari saya pergi ke Sungai Penuh (Ibu Kota Kabupaten Kerinci) melihat-lihat buku-buku bekas yang dijual diemper-emper toko. Dan saya mendapati sebuah tumpukan (empat buku) yang bersampul kertas kuning. Setelah saya buka dan saya baca sebagian isinya, kayaknya kok cocok seperti yang sedang saya butuhkan. Salah satu dari buku itu berjudul “KUMPULAN SKEMA2 TRANSISTOR”. Tak masalah buku itu buku stensilan, tapi isinya bermanfaat bisa dijadikan panduan seseorang (tidak sekolah) yang ingin belajar elektronik.
Langsung saya tanyakan pada penjual berapa harga per eksemplarnya. “Seribulimaratus”, katanya, tanpa saya tawar, dengan memberikan uang enamribu rupiah, ke empat buku itupun berpindah tangan menjadi milik saya. Karena sudah mendapatkan apa yang selama ini saya cari, sayapun langsung pulang.
Tiba di rumah buku-buku itu langsung saya baca. Pada sampul buku itu tertulis Dikumpulkan oleh : J. Canny Direktur Pendidikan Teknik Pembangunan “Prakarya” Bandung. Buku itu ditulis tahun 1968, tentu masih memakai ejaan lama. Namun meskipun buku lama dan stensilan pula, menurut saya gambar diagramnya sudah lumayan bagus dan rapi.
[caption id="attachment_300004" align="aligncenter" width="400" caption="Meskipun stensilan tapi isinya bermanfaat. Dok.pri"][/caption]
Setelah membaca(-baca) buku stensilan itu gairah keinginan mempelajari elektronik langsung melonjak tajam.
Awalnya saya tidak tahu seperti apa transistor, resistor, kondensator, diode dan lain sebagainya. Maklum otodidak, bonek (bondo nekat). Namun setelah membaca buku itu dan membanding-bandingkan dengan bentuk fisik komponen yang ada pada radio transistor itu, alhasil saya tahu yang namanya transistor itu yang berbentuk kapsul dari logam dan kakinya ada tiga. Cara mengetahuinya adalah, misalnya radio yang saya buka memakai 6 transistor, lantas saya lihat pada diagram ada gambar bulat yang ada garisnya tiga buah dan ada tanda panah juga 6 buah, berarti itu transistor. Yang berigi-rigi resistor atau tahanan, ada juga yang menyebut werstand (mungkin dari bahasa Belanda).
[caption id="attachment_300006" align="aligncenter" width="500" caption="Skema/diagram Radio 6 transistor. Dok.pri"]
Dulu hanya tahu transistor itu ada dua jenis dan bahannya dan. Biasanya bahannya kalau tidak silikon ya germanium dan jenisnya PNP dan NPN. Belakangan baru tahu setelah membaca buku-buku karya Wasito.S dan buku-buku “ELEX” penerbit PT Multi Media (Gramedia Grup) , bahwa jenis transistor itu banyak sekali. Ada FET (Field Effect Transistor), UJT (Uni Junction Transistor), Foto Transistor dan lain sebagainya.
Elektronik itu rumit, tapi mengasyikkan dan menantang. Semakin kita tahu cara kerja dan karakteristik suatu komponen elektronik semakin kecanduan. Mengutak-atik elektronik, baik itu pesawat radio ataupun yang lainnya tidak merasa bosan. Terkadang hingga larut malam, bahkan tak terasa tahu-tahu sudah pukul tiga pagi.
Mengerjakan barang-barang elektronik seperti pesawat televisi misalnya, tidak bisa hanya raba-raba atau coba-coba. Sebagaimana moto yang ada pada buku setensilan tersebut “Teori tanpa praktek LUMPUH, praktek tanpa teori BUTA.
Jadi, bagi pemula (yang tidak sekolah seperti saya) yang ingin membuka servis elektronika saya sarankan pelajari dulu teorinya melalui buku-buku. Tidak seperti tahun 70-80an, sekarang sudah banyak diperjual belikan berbagai macam buku-buku elektronika. Dari teori dasar elektronika hingga cara membuat rangkaian elektronik dan memperbaiki berbagai macam perangkat elektronik.
Itulah buku, meskipun stensilan, tapi isinya sungguh sangat bermanfaat.
Terimakasih Pak J.Canny.
[caption id="attachment_300007" align="aligncenter" width="500" caption="Buku stensilan J.Canny, majalah ELEX dan buku karangan Wasito.S. Dok.pri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H