Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu...

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Bak "Kurcaci" Dikepung "Raksasa"

29 Maret 2014   05:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_301027" align="aligncenter" width="600" caption="Nah gitu, yang kuat mendukung yang lemah...... "][/caption]

Jika sudah resmi Jokowi menjadi salah satu cawapres pada pilpres 2014 nanti, lawan tandingnya sangat berat. Para “Raksasa” mengepung dari segala penjuru. Bayangkan, mantan “tukang kayu” itu  bersaing dengan bukan hanya saudagar besar tapi juga pemilik dan pengusaha sekaligus penguasa media yang ada di negeri ini.

Meskipun lawan tandingnya tak seimbang, namun si”kurcaci” itu sepertinya tak gentar, pasalnya dia tidak berambisi, melainkan dicalonkan oleh partainya setelah sebelumnya ketua umumnya mendapat desakan dari rakyat. Dan pastinya bukan hanya mendesak, tapi juga mendukung. Dan Jokowi siap menerima serta menjalankan amanah itu. Jika Jokowi terpilih menjadi Presiden 2014 nanti, bukan hanya Jakarta yang akan dibenahi, tapi juga seluruh wilayah nusantara. Dan seandainya kalah (tapi rasanya nggak mungkin), Jokowi masih bisa fokus merampungkan program-programnya di DKI. Jokowi hanya izin cuti, bukan mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Beda dengan Jokowi, para “raksasa” itu sangat sangat berambisi menjadi presiden (baca:penguasa). Orasi mereka (“para raksasa”) yang sangat berapi-api dan sampai mumpruk (berbusa-busa), mengindikasikan keambisian mereka untuk merebut tahta (takut kalah). Tidak salah memang orasi yang berapi-api untuk memompa semangat pendukungnya. Tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan orasi Bung Karno. Kala itu pidato Bung Karno membakar semangat rakyat atau para pejuang untuk melawan penjajah. Beda zaman. Dan sangat disayangkan manakala pidato yang membahana itu dicemari oleh sindiran-sindiran ke kanak-kanakan. Kok saya malu sendiri mendengarkannya.

Kembali pada para “raksasa”itu. Berapa ratus miliar bahkan triliunan rupiah telah digelontorkan oleh para “raksasa” itu untuk biaya sosialisasi atau kampanye agar mendapat simpati (dukungan) rakyat. Itulah, kenapa mereka dengan segala upaya, berbagai cara untuk berhasil memenangkan pertarungan itu. Ya, hanya satu target “MENANG”, tak lebih dari itu!

Wahai “kurcaci” Jokowi, waspadalah, para “raksasa” mengintai dan mengepung dari segala penjuru siap “mengunyah” tubuhmu yang hanya lunglit itu. Hrrrrgggg...huahaaaa....krepek...krepek...kremus..kremus.

Tapi saya yakin, Jokowi paling-paling hanya mesam-mesem, tak akan membalas dengan hal yang sama. Gagak karo tunggak menang tunggak.

Saya bukan pendukung atau tim sukses Jokowi, dan bukan pula anti capres yang lain.

Saya hanya rakyat biasa, suka mendengar kampanye  yang edukatif bukan provokatif.

Salam Pemilu Damai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun