Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humor

BS dan JK Diusir...

19 Februari 2015   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruang kelas 6 SD Poentjak Goenoeng yang awalnya tenang, tiba-tiba terjadi kegaduhan. Bahkan bangku-bangku yang sebelumnya tertata rapi dan ruang kelas yang asri, ikut berantakan centang perenang. Hal itu disebabkan oleh dua orang murid yang—sebetulnya cerdas-cerdas, bila tidak bisa dibilang jenius—sedang berantem saling pukul, saling lempar apapun yang mereka dapatkan. Kapur tulis, penghapus papan, sandal, sepatu, bahkan pot bunga dijadikan sebagai alat untuk melukai “lawan”nya.

Pak Guru Ahmad yang sedang BAK di toilet belakang sekolah menghentikan hajatnya yang baru 25% itu lantaran mendengar ingar bingar dari arah kelasnya. Langsung berlarian masuk ruang kelas memanggil dan melandraad dua orang murid yang menjadi biang keonaran tersebut. Ironisnya yang berantem itu Ketua Kelas dan Wakil Ketua Kelas.

“ Heh, Bains, kenapa Jakum kamu lempar pake sandal?” bentak Pak Guru Ahmad dengan mata melotot tak berkedip sambil menenteng clurit, eh penggaris.

“Habis, mau saya lempar pake batu bata susah nyarinya, jadi yang dekat dan mudah saja, saya renggut sendal Indri”, jawab Bains tegas tanpa basa-basi.

“Lho, kok malah batu bata, maksud saya masalahnya apa, kamu sampe berantem dengan Jakum, lagian kalian ini kan Ketua kelas dan Wakil Ketua Kelas, seharusnya menjadi contoh teman-temanmu lainnya?” cecar Pak Guru Ahmad.

“Masalahnya, saya tersinggung berat dibilang suka menyontek oleh Jakum” jawab Bains, sambil menunduk.

“Kamu juga kan mengejek saya, kamu bilang saya suka mencolek”, saut Jakum tiba-tiba pada Bains.

“Tapi, kan kamu dulu yang bilang saya suka menyontek”, timpal Bains.

“Kamu dulu”

“Kamu dulu”

“Kamu”

“Kamu”

“Sudah sudah sudah, kok malah saur manuk. Sekarang saya tanya satu persatu, yang tidak ditanya jangan menjawab, dengar itu?” bentak Pak Guru Ahmad tegas.

“Dengaaaarrrr.....Paaak!!!” serempak Bains dan Jakum.

“Jawab dengan jujur ya, raut muka kalian tidak bisa berbohong lho, meski kalian berdusta. Bains, apakah kamu pernah menyontek?” tanya Pak Guru Ahmad pada Bains.

“Pernah Pak sekali, tapi itu dulu, duluuuu banget waktu saya kelas dua, masa kejadian di kelas dua diungkit-ungkit, sekarang kan sudah kelas enam” jawab Bains jujur.

“Jakum, apakah kamu suka atau pernah mencolek temenmu perempuan?” tanya Pak Guru Ahmad pada Jakum.

“Sering Pak, maklum hobi, hehehe..., tapi itu juga dulu, duluuuu...sekali, sekarang sudah ingsap kok Pak” jawab Jakum tanpa tedeng aling-aling sambil cengengesan.

“Huuuuu....hobiii, hobi kok nyolek”, teriak Bains bersama teman-teman yang lain.

“Daripada kamu tukang nyontek”

“Mending nyontek ketimbang nyolek”

“He, tukang nyontek”

“He, hobi nyolek”

Akhirnya mereka, Bains dan Jakum kembali berantem didepan kelas. Suasana kelas kembali kacau balau bangku-bangku berantakan, pasalnya Bains dan Jakum dibantu oleh pendukungnya masing-masing.

Dengan penuh amarah Pak Guru Ahmad merenggut baju Bains dan Jakum, mereka ditarik keluar kelas dengan paksa sambil diperingati dengan keras.

“Silakan kalian berantem sepuas-puasnya diluar kelas, daripada membuat gaduh dan mengganggu teman-temanmu yang ingin belajar, dan mulai hari ini kalian saya berhentikan  sebagai Ketua dan Wakil Ketua Kelas, karena tidak bisa dinasihati secara baik-baik!” bentak Pak Guru Ahmad dengan tegas penuh wibawa.

Suasana kelaspun kembali hening, hanya terdengar suara kresek-kresek dari murid-murid yang membuka halaman buku dengan penuh hati-hati, sambil sekali-sekali melirik ke Pak Guru Ahmad yang sedang murka namun tetap berwibawa tersebut.

Apakah Bains dan Jakum diluar kelas melanjutkan pertikaiannya, tunggu episode selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun