[caption id="attachment_351976" align="aligncenter" width="500" caption="BG = Batu Gerinda"][/caption]
Entah faktor cuaca atau faktor ekonomi sehingga beberapa petani di kampung kami lebih memilih menggosok BW atau BA ke BG.
Ini bukan—dan tak ada kaitannya dengan—BG atau BW itu, itu yang lagi rame. Yang saya maksud BA itu Batu Akik, BW Batu Wasiat dan BG ialah Batu Gerinda. “Friksi”, saling bergesekan antara Batu Akik ke Batu Gerinda. Hahahaha....maaf ya.
DEMAM
Tak hanya demam berdarah yang sedang mewabah, ternyata demam Batu Akik juga menggelora diseluruh pelosok nusantara, tak terkecuali kampung kami ikut terdampak juga. Lantaran tergiur oleh penghasilan berlipat ganda, dibanding bertani. Tentu tidak semua petani, hanya beberapa orang saja.
Entah, mengapa banyak orang rela merogoh kocek sangat dalam demi sebutir batu. Konon harganya mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta, bahkan milyaran rupiah. Tergantung jenis batu dan asalnya darimana. Apakah memang ada manfaat atau khasiatnya atau sekadar gengsi-gengsian, mumpung lagi ngetrend. Atau sekadar hobi saja.
Bagi orang yang tidak hobi atau tidak tahu khasiatnya memang terasa aneh melihat orang yang memakai cincin batu akik. Jika hanya dijadikan sebagai perhiasan saja, kenapa ada yang memakai lebih dari satu, bahkan ke-sepuluh jarinya penuh dengan bermacam-macam dan ragamnya batu-batu akik.
NAMA SESUAI SELERA
Batu akik—yang sudah jadi—diberi nama sesuai selera pemiliknya. Hal itu disesuaikan dengan tekstur atau gambar yang ada pada batu tersebut. Ada batu Ratu Pantai Selatan, lantaran gambarnya mirip dengan lukisan Ratu Pantai Selatan karya Basuki Abdulah itu. Bila ada gambar mirip Semar, diberi nama Batu Semar. Ada Batu Garuda, Batu Harimau, Batu Kodok, Batu Burung, Batu Keris, dan masih banyak lagi sesuai lukisan alam yang ada pada batu tersebut. Bahkan batu milik Bu Ani Yudoyono gambarnya mirip lafadz “Allah”. Ini pasti harganya milyaran.
Sebetulnya hanya kebetulan saja gambarnya mirip sesuatu, lalu direka-reka sesuai selera. Satu butir batu bisa mempunyai nama yang berbeda-beda tergantung siapa yang memberi nama, dipandang dari arah mana dan mirip apa. Misalnya ada batu yang bergambar mirip pulau Kalimantan, diberinama Batu Kalimantan. Tapi oleh orang Jawa akan diberinama batu Narada, kan mirip Batara Narada menghadap ke kanan. Jika ada batu bergambar mirip pulau Sulawesi, itu namanya Batu Kompasiana.....hahahaha kan mirip hurup “K”. Jadi, batu itu akan berubah-rubah namanya tergantung siapa yang memberi nama, dan tergantung dari sudut mana memandangnya. Yah, seperti awan diatas langit itulah. Ada yang seperti buaya, seperti monster, seperti wayang, bahkan ada yang mirip orang sedang berdo’a.
KECIPRATAN
Meski saya tidak ikut demam (menjadi pengrajin), tapi saya bersyukur juga ikut kecipratan rejeki, sekadar merakit perkakas atau alat penggerinda dan pengampelas sederhana. Mesin gerinda multi fungsi bikinan pabrik harganya sekitar empat hingga lima jutaan rupiah. Sedangkan saya, cukup diberi sekadar ‘uang rokok’, maklum saya rakit dari barang-barang bekas, misalnya dari blender atau mixer yang masih berfungsi tentunya.
Berikut foto pengrajin BAM (Batu Akik Musiman) dan hasil karyanya :
[caption id="attachment_351977" align="aligncenter" width="500" caption="Dudukkan dulu baik-baik sebelum di potong-potong"]
[caption id="attachment_351978" align="aligncenter" width="500" caption="Bongkahan batu, siap untuk dipotong kecil-kecil"]
[caption id="attachment_351979" align="aligncenter" width="500" caption="Batu sudah berbentuk kubus"]
[caption id="attachment_351980" align="aligncenter" width="500" caption="Katanya Batu Giok Aceh"]
[caption id="attachment_351981" align="aligncenter" width="500" caption="Mereka bilang sejenis Batu Badar Lumut"]
[caption id="attachment_351982" align="aligncenter" width="500" caption="Pemarut kelapa dikorbankan menjadi mesin Geinda, lebih produktif dari fungsi sebelumnya..."]
[caption id="attachment_351983" align="aligncenter" width="500" caption="Ada beberapa yang sudah jadi"]
[caption id="attachment_351984" align="aligncenter" width="500" caption="Sambil pamer..."]
[caption id="attachment_351985" align="aligncenter" width="500" caption="Tinggal menghaluskan agar lebih mengkilat"]
Dibawah ini foto-foto intermeso...
[caption id="attachment_351986" align="aligncenter" width="500" caption="Namanya Batu Gunung Kerinci, lantaran gambarnya gunung...hehehe"]
[caption id="attachment_351987" align="aligncenter" width="500" caption="Ini Batu Bima, gambarnya Werkudara..."]
[caption id="attachment_351988" align="aligncenter" width="500" caption="Nah, terakhir, Kompasianer wajib memiliki batu ini, tahu sebabnya?"]
Apakah tulisan ini masuk kategori BUDAYA?, jika tidak, siap didiskualifikasi....hehehe.
Ingin baca yang sesuai dengan konteks baca di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H