Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

[Kampret Jebul 3] "Friksi" BG dan BW Merembet Ke Kampung-Kampung

20 Februari 2015   06:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:51 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_351976" align="aligncenter" width="500" caption="BG = Batu Gerinda"][/caption]

Entah faktor cuaca atau faktor ekonomi sehingga beberapa petani di kampung kami lebih memilih menggosok BW atau BA ke BG.

Ini bukan—dan tak ada kaitannya dengan—BG atau BW itu, itu yang lagi rame. Yang saya maksud BA itu Batu Akik, BW Batu Wasiat dan BG ialah Batu Gerinda. “Friksi”, saling bergesekan antara Batu Akik ke Batu Gerinda. Hahahaha....maaf ya.

DEMAM

Tak hanya demam berdarah yang sedang mewabah, ternyata demam Batu Akik juga menggelora diseluruh pelosok nusantara, tak terkecuali kampung kami ikut terdampak juga. Lantaran tergiur oleh penghasilan berlipat ganda, dibanding bertani. Tentu tidak semua petani, hanya beberapa orang saja.

Entah, mengapa banyak orang rela merogoh kocek sangat dalam demi sebutir batu. Konon harganya mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta, bahkan milyaran rupiah. Tergantung jenis batu dan asalnya darimana. Apakah memang ada manfaat atau khasiatnya atau sekadar gengsi-gengsian, mumpung lagi ngetrend. Atau sekadar hobi saja.

Bagi orang yang tidak hobi atau tidak tahu khasiatnya memang terasa aneh melihat orang yang memakai cincin batu akik. Jika hanya dijadikan sebagai perhiasan saja, kenapa ada yang memakai lebih dari satu, bahkan ke-sepuluh jarinya penuh dengan bermacam-macam dan ragamnya batu-batu akik.

NAMA SESUAI SELERA

Batu akik—yang sudah jadi—diberi nama sesuai selera pemiliknya. Hal itu disesuaikan dengan tekstur atau gambar yang ada pada batu tersebut. Ada batu Ratu Pantai Selatan, lantaran gambarnya mirip dengan lukisan Ratu Pantai Selatan karya Basuki Abdulah itu. Bila ada gambar mirip Semar, diberi nama Batu Semar. Ada Batu Garuda, Batu Harimau, Batu Kodok, Batu Burung, Batu Keris, dan masih banyak lagi sesuai lukisan alam yang ada pada batu tersebut. Bahkan batu milik Bu Ani Yudoyono gambarnya mirip lafadz “Allah”. Ini pasti harganya milyaran.

Sebetulnya hanya kebetulan saja gambarnya mirip sesuatu, lalu direka-reka sesuai selera.  Satu butir batu bisa mempunyai nama yang berbeda-beda tergantung siapa yang memberi nama, dipandang dari arah mana dan mirip apa. Misalnya ada batu yang bergambar mirip pulau Kalimantan, diberinama Batu Kalimantan. Tapi oleh orang Jawa akan diberinama batu Narada, kan mirip Batara Narada menghadap ke kanan. Jika ada batu bergambar mirip pulau Sulawesi, itu namanya Batu Kompasiana.....hahahaha kan mirip hurup “K”. Jadi, batu itu akan berubah-rubah namanya tergantung siapa yang memberi nama, dan tergantung dari sudut mana memandangnya. Yah, seperti awan diatas langit itulah. Ada yang seperti buaya, seperti monster, seperti wayang, bahkan ada yang mirip orang sedang berdo’a.

KECIPRATAN

Meski saya tidak ikut demam (menjadi pengrajin), tapi saya bersyukur juga ikut kecipratan rejeki, sekadar merakit perkakas atau alat penggerinda dan pengampelas sederhana. Mesin gerinda multi fungsi bikinan pabrik harganya sekitar empat hingga lima jutaan rupiah. Sedangkan saya, cukup diberi sekadar ‘uang rokok’, maklum saya rakit dari barang-barang bekas, misalnya dari blender atau mixer yang masih berfungsi tentunya.

Berikut foto pengrajin BAM (Batu Akik Musiman) dan hasil karyanya :

[caption id="attachment_351977" align="aligncenter" width="500" caption="Dudukkan dulu baik-baik sebelum di potong-potong"]

14243602071150631995
14243602071150631995
[/caption]

[caption id="attachment_351978" align="aligncenter" width="500" caption="Bongkahan batu, siap untuk dipotong kecil-kecil"]

14243603361093011814
14243603361093011814
[/caption]

[caption id="attachment_351979" align="aligncenter" width="500" caption="Batu sudah berbentuk kubus"]

14243604501458246810
14243604501458246810
[/caption]

[caption id="attachment_351980" align="aligncenter" width="500" caption="Katanya Batu Giok Aceh"]

1424360583611034564
1424360583611034564
[/caption]

[caption id="attachment_351981" align="aligncenter" width="500" caption="Mereka bilang sejenis Batu Badar Lumut"]

14243606711999479531
14243606711999479531
[/caption]

[caption id="attachment_351982" align="aligncenter" width="500" caption="Pemarut kelapa dikorbankan menjadi mesin Geinda, lebih produktif dari fungsi sebelumnya..."]

14243607751549024226
14243607751549024226
[/caption]

[caption id="attachment_351983" align="aligncenter" width="500" caption="Ada beberapa yang sudah jadi"]

14243609201139124295
14243609201139124295
[/caption]

[caption id="attachment_351984" align="aligncenter" width="500" caption="Sambil pamer..."]

14243610132063011593
14243610132063011593
[/caption]

[caption id="attachment_351985" align="aligncenter" width="500" caption="Tinggal menghaluskan agar lebih mengkilat"]

1424361125755706602
1424361125755706602
[/caption]

Dibawah ini foto-foto intermeso...

[caption id="attachment_351986" align="aligncenter" width="500" caption="Namanya Batu Gunung Kerinci, lantaran gambarnya gunung...hehehe"]

142436128496330598
142436128496330598
[/caption]

[caption id="attachment_351987" align="aligncenter" width="500" caption="Ini Batu Bima, gambarnya Werkudara..."]

1424361382471255524
1424361382471255524
[/caption]

[caption id="attachment_351988" align="aligncenter" width="500" caption="Nah, terakhir, Kompasianer wajib memiliki batu ini, tahu sebabnya?"]

1424361464832491439
1424361464832491439
[/caption]

Apakah tulisan ini masuk kategori BUDAYA?, jika tidak, siap didiskualifikasi....hehehe.

Ingin baca yang sesuai dengan konteks baca di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun