Perjalanan haji dan umrah bukan saja menunaikan ibadah mahdhah. Namun merupakan perjalanan menapaki sejarah wahyu dan kenabian.
Ketika berada di Mekkah, jamaah haji dan umroh bisa mengunjungi gua Hira. Inilah gua yang sangat bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Bukan karena gua yang hebat atau sakti, namun karena menjadi saksi bahwa di tempat itulah turun wahyu pertama kali.
Kita ingat, setelah wahyu pertama kali diturunkan di gua Hira, Rasulullah saw segera kembali ke rumah dalam keadaan takut. Beliau masuk rumah menemui Khadijah. Beliau saw berkata, "Selimuti aku, selimuti aku."
Khadijah menyelimutinya hingga rasa takutnya hilang. Rasulullah saw berkata kepada Khadijah, "Saya takut pada diri saya."
Khadijah menjawab, "Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena kamu adalah orang yang suka menyambung hubungan silaturahim, membantu orang lain, memberi orang yang tidak punya, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang tertimpa musibah."
Khadijah membawa Waraqah bin Naufal bin Asad Abdul Uzza --anak paman dari Khadijah, seorang penganut agama Nashrani pada zaman jahiliyah. Dia bisa menulis dengan bahasa Arab, juga menulis Injil dengan bahasa Arab.
Pada waktu itu usianya telah lanjut dan matanya sudah buta. Khadijah berkata kepadanya, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan dari anak saudaramu."
Waraqah bertanya, "Wahai anak saudaraku, apa yang kamu telah lihat?"
Rasulullah saw memberitahukan apa yang telah beliau alami. Setelah Waraqah mendengar penuturan beliau, ia berkata, "Inilah Namus (Jibril) yang Allah turunkan kepada Musa. Alangkah indahnya bila saya masih muda (kuat). Andai saja saya masih hidup saat kaummu mengeluarkanmu dari kampung halamanmu."
Rasulullah saw bertanya, "Apakah mereka akan mengeluarkan aku dari kampungku?"