Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-11 Menuju Tanah Suci

19 Oktober 2024   06:51 Diperbarui: 19 Oktober 2024   17:12 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan haji dan umrah bukan saja menunaikan ibadah mahdhah. Namun merupakan perjalanan menapaki sejarah wahyu dan kenabian.

Ketika berada di Mekkah, jamaah haji dan umroh bisa mengunjungi gua Hira. Inilah gua yang sangat bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Bukan karena gua yang hebat atau sakti, namun karena menjadi saksi bahwa di tempat itulah turun wahyu pertama kali.

Kita ingat, setelah wahyu pertama kali diturunkan di gua Hira, Rasulullah saw segera kembali ke rumah dalam keadaan takut. Beliau masuk rumah menemui Khadijah. Beliau saw berkata, "Selimuti aku, selimuti aku."

Khadijah menyelimutinya hingga rasa takutnya hilang. Rasulullah saw berkata kepada Khadijah, "Saya takut pada diri saya."

Khadijah menjawab, "Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena kamu adalah orang yang suka menyambung hubungan silaturahim, membantu orang lain, memberi orang yang tidak punya, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang tertimpa musibah."

Khadijah membawa Waraqah bin Naufal bin Asad Abdul Uzza --anak paman dari Khadijah, seorang penganut agama Nashrani pada zaman jahiliyah. Dia bisa menulis dengan bahasa Arab, juga menulis Injil dengan bahasa Arab.

Pada waktu itu usianya telah lanjut dan matanya sudah buta. Khadijah berkata kepadanya, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan dari anak saudaramu."

Waraqah bertanya, "Wahai anak saudaraku, apa yang kamu telah lihat?"

Rasulullah saw memberitahukan apa yang telah beliau alami. Setelah Waraqah mendengar penuturan beliau, ia berkata, "Inilah Namus (Jibril) yang Allah turunkan kepada Musa. Alangkah indahnya bila saya masih muda (kuat). Andai saja saya masih hidup saat kaummu mengeluarkanmu dari kampung halamanmu."

Rasulullah saw bertanya, "Apakah mereka akan mengeluarkan aku dari kampungku?"

Waraqah menjawab, "Benar, tidak ada orang yang membawa seperti apa yang kamu bawa, kecuali orang tersebut akan dimusuhi. Saya berjanji seandainya saya mendapatkan harimu itu, maka saya akan menolongmu dengan pertolongan yang maksimal."

Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dan wahyu mengalami kekosongan beberapa waktu lamanya (HR. Bukhari, no. 6982). Masa-masa tidak ada wahyu yang turun ini disebut dengan masa fatratul wahyi. Dalam hadits disebutkan:

"Telah sampai informasi kepada kami bahwa masa fatrah terjadi begitu lama hingga Rasulullah saw bersedih hati. Yang ini membuat beliau berulang kali berlari kencang ke atas bukit untuk melompat. Setiap kali beliau sampai ke atas bukit, malaikat Jibril menampakkan diri dan berkata: 'wahai Muhammad, engkau adalah benar-benar Rasulullah'. Sehingga hati dan jiwa beliau menjadi tenang" (HR. Al Bukhari no. 6982).

Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan: "Terdapat riwayat dari Tarikh Ahmad bin Hambal, dari Asy Sya'bi bahwa rentang waktu fatratul wahyi adalah 3 tahun, ini pendapat yang dipegang oleh Ibnu Ishaq" (Fathul Baari, 1/27).

Ibnu Katsir menyebutkan: "Sebagian ulama mengatakan bahwa rentang waktu rentang waktu fatratul wahyi adalah 2 tahun atau 2,5 tahun" (Al Bidayah wan Nihayah, 4/42).

Dan sebagian ulama juga ada yang berpendapat fatratul wahyi hanya beberapa hari saja. Lalu setelah berakhir masa fatratul wahyi, turunlah wahyu kedua yaitu surat Al Mudatsir ayat 1 sampai 7, sebagaimana yang ada dalam hadits Jabir di atas.

Hari ini, Sabtu 19 Oktober 2024, adalah H-11 dari program "70 Hari Menuju Tanah Suci". Dengan niat yang suci, semoga Allah mudahkan kita beribadah ke tanah suci. Agar menghapus dosa-dosa kita, dan memperbanyak kebaikan-kebaikan kita.

Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu. Namun Allah memampukan orang-orang yang terpanggil. Bismillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun