Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-18 Menuju Tanah Suci

12 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jabar.antaranews.com/

"Tidak harus menjadi juragan tanah untuk bisa berangkat ke tanah suci. Para buruh tani yang tak punya tanah pun banyak yang bisa menunaikan umroh dan haji".

...

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang memerlukan persiapan sangat khusus. Salah satunya adalah karena biaya yang tidak sedikit.

Namun, ibadah ke tanah suci bukanlah ibadahnya orang kaya saja. Sangat banyak orang-orang ekonomi lemah yang mampu berangkat haji dan umroh, karena kegigihan usaha mereka yang dikabulkan Allah.

Salah satu contohnya adalah Juan (75 tahun), warga Probolinggo. Ia bisa berangkat haji pada tahun 2018 lalu, setelah 8 tahun menabung setiap hari. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh tani yang penghasilannya tidak menentu.

Juan mulai menabung untuk haji setelah kewajiban membiayai sekolah 8 anaknya selesai. Saat tabungannya sudah terkumpul Rp 3 juta, Juan mendaftarkan haji melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Bersyukur KBIH bersedia membantu Juan dengan dana talangan.

Untuk melunasi biaya hajinya, Juan terus giat bekerja dan menabung. Ia mengerjakan berbagai hal yang diminta orang, seperti memotong kayu, membersihkan kebun, dan sebagainya. Di antara tabungannya berbentuk sapi. Ia menutup biaya ONH dengan menjual seekor sapinya.

Bahkan ia membangun sebuah mushola di dekat rumahnya. Dia mencari batu dan pasir sungai yang dia usung sendiri sedikit demi sedikit. Dia gunakan untuk membangun mushola yang selesai dalam waktu empat tahun. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Kisah serupa dialami pasangan buruh tani, Atmo Sugito (67 tahun) dan Sugihartini (64 tahun), warga Sragen. Mereka sangat bersyukur bisa berangkat haji pada tahun 2024 ini.

Atmo dan Sugihartini merupakan keluarga sederhana, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki sawah sendiri. Mereka menyewa tanah untuk diolah dan ditanami padi serta palawija.

Hasil menanam di sawah dan kebun pekarangan rumah, mereka gunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian ditabung untuk keperluan haji. Mereka tekun menabung setiap hari selama 15 tahun.

Sugihartini menambah penghasilan dengan mengumpulkan dan menjual barang rongsokan. Atmo membantu usaha istri dengan becak becak bermotor (betor) untuk mengangkut barang rongsok.

Dari semua usaha ini, rata-rata mendapat penghasilan Rp30.000 per hari. Uang ini dikelola dengan baik oleh Sugihartini. Sebagian disisihkan untuk tabungan haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Hal serupa dialami oleh mbah Abdul Hari (85 tahun), warga Pasuruan. Ia adalah seorang buruh tani lantaran tidak punya sawah sendiri. Mbah Hari bersyukur bisa menunaikan ibadah haji pada tahun 2024 ini.

Mbah Hari tinggal di sebuah bangunan bambu sangat sederhana berukuran 3 X 5 m. Setiap hari bekerja sebagai buruh tani dan berjualan kayu, dengan penghasilan rata-rata Rp 40 ribu sehari.

Penghasilan itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, dan sebagian ditabung untuk haji. Selama puluhan tahun Hari menabung di celengan.

Pada tahun 2018, ia berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 35 juta yang digunakan untuk mendaftar haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Hari ini, Sabtu 12 Oktober 2024, adalah H-18 dari program "70 Hari Menuju Tanah Suci". Dengan niat yang suci, semoga Allah mudahkan kita beribadah ke tanah suci. Agar menghapus dosa-dosa kita, dan memperbanyak kebaikan-kebaikan kita.

Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu. Namun Allah memampukan orang-orang yang terpanggil. Bismillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun