Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-22 Menuju Tanah Suci

8 Oktober 2024   04:14 Diperbarui: 8 Oktober 2024   05:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang mmerlukan persiapan sangat khusus. Selain karena perjalanan sangat panjang, ditambah harus menyediakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Namun biaya umroh dan haji yang tidak sedikit itu, bukan hanya bisa dibayarkan oleh mereka yang kaya raya. Banyak orang berkelimpahan harta, kaya raya, namun belum tergerak hatinya pergi beribadah ke tanah suci. Padahal sudah biasa berkeliling berbagai negara.

Kisah pemulung bisa pergi haji atau umroh ke tanah suci, sudah banyak kita dengarkan. Menjadi salah satu bukti bahwa berangkat ke tanah suci bisa dilakukan oleh siapapun hamba yang telah memiliki niat dengan bersungguh-sungguh. Allah akan memudahkan langkah mereka.

Khumaidi (49 tahun) adalah lelaki asal Mojokerto, yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung barang bekas. Ia dan istrinya, Siti Fatimah (45 tahun) bersyukur karena bisa menunaikan haji ke tanah suci tahun 2024 ini.

Pertama kali keinginan untuk mendaftar haji berasal dari sang istri. Awalnya Khumaidi sempat pesimis karena merasa hanya seorang pemulung. Penghasilan tak seberapa.

Namun, karena keinginan sang istri pergi haji begitu kuat, akhirnya Khumaidi menanggapi dengan bekerja lebih keras. Tahun 2011 mereka berdua mendaftar haji.

Setelah mendaftar, Khumaidi berjuang mengumpulkan uang dengan menabung sebagian besar pendapatannya dari memulung barang bekas. Rata-rata, ia bisa memperoleh penghasilan sekitar seratus ribu per hari.

Dari penghasilan itu, 25 ribu digunakan untuk keperluan sehari-hari; 75 ribu digunakan untuk tabungan haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Demikian pula kisah mbok Karyati (68 tahun), seorang pemulung asal Probolinggo. Selama 20 tahun, ia menyisihkan sebagian jerih payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas. Janda dengan 4 orang anak ini berkeyakinan bahwa ia bakal bisa naik haji.

"Ketika uang sudah terkumpul Rp 40 juta, ada seseorang yang meminjam uang saya dan tidak dikembalikan. Padahal saat itu sudah mau didaftarkan. Saya hanya bisa pasrah namun saya tidak mau putus asa," ujar Mbok Karyati.

Bermodal sepeda butut, Mbok Karyati keliling dari kampung ke kampung mengumpulkan barang bekas. Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp 10 ribu. Yang Rp 5 ribu ia tabung dan yang Rp 5 ribu ia gunakan untuk makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun