Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-23 Menuju Tanah Suci

7 Oktober 2024   10:40 Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang sangat istimewa. Mengapa demikian? Karena harus menempuh perjalanan sangat panjang, dengan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Sangat banyak warga masyarakat yang berjuang untuk pergi ke tanah suci dengan jalan menabung setiap hari. Padahal jika menyaksikan pekerjaan mereka bukanlah jenis pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang.

Setiap tahun kita mendengar kisah-kisah mengharukan dari para jamaah haji dan umroh yang mampu berangkat ke tanah suci. Perjuangan menuju tanah suci merupakan sebentuk ibadah tersendiri yang memberikan banyak pahala kebaikan kepada mereka.

Menjual sayur keliling kampung, atau keliling dari rumah ke rumah, adalah pekerjaan yang tampak 'sederhana'. Namun dari kegigihan usaha menabung setiap hari, banyak penjual sayur berhasil pergi haji. Kisah ibu Marliah --seorang perempuan warga Jombang Jawa Timur, berangkat haji pada tahun 2019 lalu menjadi salah satu contohnya.

Biaya haji didapatkan dari kegigihannya menyisihkan sebagian penghasilan dari berjualan sayur keliling. Pekerjaan sebagai 'bakul ijo' sudah dijalani bu Marliah selama lebih dari 35 tahun.

Marliah mendaftar haji pada tahun 2011. Sejak saat itu dirinya rutin menabung setiap hari setidaknya Rp 10.000 untuk biaya haji. Akhirnya Allah panggil Marliah ke tanah suci 8 tahun kemudian.

Kisah serupa dialami oleh ibu Mawati --seorang ibu rumah tangga (47 tahun) tinggal di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ia adalah seorang pedagang sayur keliling. Sejak tahun 2000 Mawati berdagang sayur keliling.

Setiap hari, ia menyisihkan sebagian penghasilannya berjualan sayur keliling untuk tabungan haji. Setoran awalnya Rp. 21 juta saat itu. Setelah mendaftar, ia makin rajin menabung untuk melunasi biaya ibadah haji. Mawati akhirnya berangkat haji tahun 2022.

Demikian pula kisah pasangan suami istri lansia, Sahyun (75 tahun) dan Kaidah (71 tahun), asal Lombok Timur NTB. Mereka berdua sangat bersyukur karena bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci tahun 2019 lalu.

Biaya haji didapatkan dari hasil berjualan rujak buah. Setiap hari Sahyu berjualan rujak buah. Dia selalu berusaha menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun