Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-38 menuju Tanah Suci

22 September 2024   07:02 Diperbarui: 22 September 2024   07:11 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
messageinternational.org

Umroh adalah perjalanan meneladani Rasulullah. Saat menunaikan thawaf, disunnahkan untuk merapat dan berdoa di Multazam yang berada di antara Hajar aswad dan pintu Ka'bah.

Jamaah umroh yang mendapatkan kemudahan --tanpa menyakiti, mendesak atau menyingkirkan orang lain; dianjurkan untuk menempelkan dada, wajah, lengan dan kedua tangannya didinding Multazam; disertai doa.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Kalau seseorang ingin mendatangi Multazam, dan menempelkan dada, wajah, lengan dan kedua tangannya dan berdoa kepada Allah Ta'ala sesuai keperluannya, dia (diperbolehkan) melakukan itu. Hal itu dilakukan sebelum thawaf wada', karena posisi penempelan ini tidak ada bedanya waktu wada' (perpisahan) maupun yang lainnya. Para sahabat Nabi juga melakukan hal itu ketika memasuki Mekkah".

Jamaah umroh bisa menyampaikan doa sesuai yang diinginkan. Jika ingin membaca doa khusus, bisa melafalkan doa yang ada tuntunannya dari Ibnu Abbas berikut ini.

"Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saya adalah hambaMu dan anak dari hambaMu, anak budak-Mu. Engkau bawa kami dengan apa yang telah Engkau jalankan kepadaku dari makhlukMu. Engkau jalankan diriku dari negeriMu sehingga Engkau sampaikan dengan nikmatMu ke rumahMu. Engkau bantu kami agar dapat menunaikan manasikku.

"Kalau sekiranya Engkau ridha kepada diriku, maka tambahkanlah kepada diriku keridoanMu. Kalau sekiranya (belum), maka dari sekarang (berikanlah) keredoan kepada diriku sebelum meninggalkan rumahMu (menuju) rumahku.

"Ini adalah waktu kepergianku, jikalau Engkau mengizinkan kepadaku tanpa (ada rasa) menggantikan dari diriMu, juga rumahMu, dan (tidak ada perasaan) benci kepadaMu dan pada rumahMu. Ya Allah, Tuhanku.

"Sertakanlah kepada diriku kesehatan pada badanku, dan kesehatan di tubuhku serta jangalah agamaku, dan perbaikilah tempat kembaliku. Berikanlah rezki (dengan) ketaatan kepadaMu selagi aku masih hidup. Gabungkanlah untuk diriku kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Selanjutnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, "Kalau sekiranya berdiri di sisi pintu Ka'bah dan berdoa di sana tanpa menempelkan di dinding Ka'bah, maka hal itu (juga) baik" (Majmu' Fatawa).

Sedangkan Syekh Salih bin Utsaimin menjelaskan, "Permasalahan ini para ulama' berbeda pendapat. Hal ini tidak ada dari Nabi saw; akan tetapi ada dari sebagian sahabat. Apakah menempelkan (iltizam) itu sunnah? Kapan waktunya? Apakah ketika pertama kali datang atau ketika meninggalkan (Mekkah) atau pada setiap waktu?"

"Perbedaan pendapat di antara para ulama' dikarenakan tidak ada sunnah dari Nabi. Akan tetapi para shahabat mereka melakukan hal itu ketika pertama kali datang (di Mekkah)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun