Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-50 Menuju Tanah Suci

10 September 2024   18:08 Diperbarui: 10 September 2024   18:09 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umroh adalah perjalanan dzikrullah. Perjalanan untuk selalu mengingati Allah, dalam segala aktivitas kehidupan. Nabi saw bersabda:

"Sesungguhnya disyariatkan Thawaf di Ka'bah dan antara Shafa dan Marwa serta melempar jumrah adalah untuk menegakkan dzikrullah" (HR Abu Dawud no. 1888).

Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi menyatakan, "Pengertiannya untuk mengingat Allah di tempat-tempat yang penuh berkah tersebut, maka hati-hatilah dari sifat lalai".

"Dikhususkan dengan dzikir, padahal maksud dari semua ibadah adalah mengingat Allah, karena bentuk lahiriyahnya adalah perbuatan tidak nampak padanya ibadah dan sejatinya keduanya berisi ibadah," demikian penjelasan Al-Mubarakfuri.

Sebagaimana sabda Nabi saw, bahwa thawaf adalah untuk li iqamati dzikrillah --untuk menegakkan dzikrullah. Karena mengingat Allah atau dzikrullah adalah hal terpenting di sepanjang kehidupan setiap muslim dan muslimah.

Dengan selalu berdzikir kepada Allah, hati manusia akan merasakan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Allah telah berfirman, "Ketahuilah dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah, hati akan menjadi tenang" (QS. Ar-Ra'du: 28).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dalam kitab tafsirnya menyatakan, "kegundahan dan kegelisahannya (hati mereka) lenyap dan berganti dengan kebahagiaan hati dan kenikmatan-kenikmatannya".

"Semestinya hati tidak menjadi tenang dengan sesuatu selain dengan mengingatNya. Karena tidak ada sesuatu pun yang lebih nikmat, lebih memikat dan lebih manis bagi kalbu ketimbang (kenikmatan dalam) mencintai Dzat yang menciptakannya, berdekatan dan mengenalNya," demikian penjelasan Syaikh As-Sa'di.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, "Sesungguhnya, hati tidak akan (merasakan) ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian, melainkan jika pemiliknya berhubungan dengan Allah (dengan melakukan ketaatan kepadaNya). Barangsiapa yang tujuan utama (dalam hidupnya), kecintaannya, rasa takutnya, dan ketergantungannya hanya kepada Allah, maka ia telah mendapatkan kenikmatan dariNya, kelezatan dariNya, kemuliaan dariNya, dan kebahagiaan dari-Nya untuk selama-lamanya."

Inilah yang akan didapatkan --insyaallahu Ta'ala, dengan menjalankan umroh ke tanah suci. Mari berjuang dengan sepenuh kesungguhan, berusaha dengan sepenuh kekuatan, untuk bisa menjalankan umroh ke tanah suci. Untuk menegakkan dzikrullah.

Hari ini, Selasa 10 September 2024, adalah H-50 dari program "70 Hari Menuju Tanah Suci". Dengan niat yang suci, semoga Allah mudahkan kita beribadah ke tanah suci, untuk menegakkan dzikrullah.

Bismillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun