Hari ini kita memperingati HUT Republik Indonesia ke 79. Rupanya sudah 79 tahun kita menjadi bangsa yang merdeka dari penjajahan. Namun, sekuat apakah daya tahan kita?
Hari ini saya melakukan survei sederhana. Sangat sederhana. Saya mencari data kejadian bunuh diri yang diberitakan pada 17 hari di bulan Agustus ini, dari tanggal 1 hingga 17 Agustus 2024. Saya mencari data hanya dari satu situs berita saja, yaitu detik.com.
Hasilnya sangat mengejutkan. Dengan mudah saya menemukan deretan pemberitaan kasus bunuh diri, di situs detik.com. Miris. Di bulan di mana bangsa Indonesia memperingati ulang tahun ke 79, ternyata kita disuguhi berita yang sangat memilukan.
Dari detik.com saja, terberitakan 16 kejadian bunuh diri. Pelaku bunuh diri mewakili profesi yang sangat beragam, dengan lokasi daerah kejadian yang juga sangat beragam. Pelaku bunuh diri ada yang berstatus siswi SMK, mahasiswa, peserta program pendidikan dokter spesialis, polisi, camat, pelaku bisnis, napi, bahkan pemuka agama.
Detik.com memberitakan, kejadian bunuh diri pada bulan Agustus 2024 ini dilakukan seorang camat di Aceh (1), bos toko elektronik di Jakarta (2), peserta program pendidikan dokter spesialis di Semarang (3) perempuan muda usia 19 tahun di Bali (4), polisi di Tuban (5), lelaki usia 40 tahun di Jakarta (6), penghuni lapas di Gorontalo (7), mahasiswa Yogyakarta (8), tokoh agama di Mamuju (9), lelaki usia 55 tahun di Agam (10), Kapolsek Mojokerto (11), lelaki usia 59 tahun di Luwu Timur (12), lansia di Semarang (13), lelaki usia 45 tahun di Kubu Raya (14), lelaki usia 30 tahun di Jambi (15), dan siswi SMK di Pandeglang (16).
Sekuat Apa Resiliensi Kita?
Sangat banyak hal patut kita evaluasi dari berbagai kejadian memilukan ini. Salah satunya adalah daya tahan dan daya lenting, yang disebut sebagai resiliensi. Setangguh apa resiliensi bangsa kita, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Al Siebert dalam buku "The Resiliency Advantage" menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi perubahan hidup pada level yang tinggi, menjaga kesehatan di bawah kondisi penuh tekanan, bangkit dari keterpurukan, mengatasi kemalangan, mengubah cara hidup ketika cara yang lama dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, serta menghadapi permasalahan secara tepat (17).
Individu yang resilien, memiliki setidaknya tiga ciri ketangguhan. Pertama, mereka memiliki daya tahan, sehingga tidak mudah terpurukoleh tekanan dan permasalahan kehidupan. Kedua, mereka memiliki kemampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan keadaan. Ketiga, mereka memiliki daya lenting untuk kembali ke level semula, setelah mengalami keterpurukan.
Tentu saja kejadian bunuh diri tidak hanya dilihat dari faktor individu pelaku. Karena ada sangat banyak faktor yang menyertainya, seperti keluarga, lingkungan, tokoh panutan, regulasi, dan berbagai kebijakan.