Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menyoal Keintiman Hubungan Kita, Selekat Apa?

6 Agustus 2024   17:00 Diperbarui: 6 Agustus 2024   17:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita memiliki sangat banyak hubungan dengan berbagai pihak. Ada hubungan kerja, ada hubungan bisnis, ada hubungan pertemanan, ada hubungan persaudaraan, ada hubungan organisasi, ada hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya.

Dalam konteks yang lebih dekat, kita memiliki hubungan dengan orangtua, hubungan dengan saudara kandung, hubungan suami istri, hubungan dengan anak, hubungan dengan cucu, dan lain sebagainya. Dari seluruh jenis hubungan tersebut, satu-satunya hubungan yang bisa intim, hanyalah suami istri.

Tidak ada hubungan intim, kecuali bagi suami istri. Sedemikian intim dan khusus hubungan ini, sampai Al-Qur'an menggambarkan suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami. Allah berfirman:

"...mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka" (QS. Al-Baqarah: 187).

Suami Istri Adalah Libas

Ayat di atas menyatakan dengan jelas secara timbal balik, bahwa istri adalah pakaian bagi suami dan sebaliknya --suami adalah pakaian bagi istri. Mengapa suami dan istri digambarkan sebagai libas atau pakaian satu dengan yang lainnya? Karena menempel, melekat, tanpa jarak. Sangat intim.

Dalam kitab tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir dinyatakan, "Menyatunya suami dan istri seperti menyatunya antara pakaian dan orang yang memakainya". Yaitu sebuah penyatuan yang lekat dan nyaman. Tanpa sekat, tanpa kesakitan.

Jika kita cermati makna pakaian yang dikenakan oleh seseorang, akan kita dapati berbagai interpretasi makna yang bisa kita dapatkan darinya. Misalnya, pakaian adalah penutup dan penjaga (Tafsir Al-Muyassar). Dipahami pula, pakaian adalah pemberi ketenangan (Tafsir Madinah Al-Munawarah).

Pakaian juga bermakna tabir dan penjaga kehormatan (Tafsir Al-Mukhtashar).  Pakaian dianggap menggambarkan fungsi penutup, perlindungan bagi tubuh, sebagai hiasan yang membuat penampilan menjadi indah, juga sebagai kedekatan (tafsir Li Yaddabbaru Ayatih karya Markaz Tadabbur).

Selanjutnya Markaz Tadabbur mempertanyakan, "Pakaian adalah penutup bagi tubuh, lalu kenapa sebagian orang menyingkirkan pasangan hidupnya yang telah diciptakan sebagai pelindung baginya? Pakaian adalah lencana yang menjadikan diri seseorang berwibawa, tetapi kenapa kehidupan berkeluarga terkadang penuh dengan kekecawaan dan akhirnya menjadi sirna?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun