Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Apa Sulitnya Berbicara?

30 Juli 2024   13:42 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, by Canva

Salah satu pemicu munculnya kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan adalah tidak adanya obrolan yang dalam dan menyenangkan. Ketika setiap rasa berakhir dalam sepi dan tanpa suara. Masing-masing menyembunyikan luka, tanpa bicara dengan pasangannya.

Hidup bersama dalam rumah tangga dalam waktu yang lama, yang diobrolkan hanya angka-angka kebutuhan harian. Biaya bayar SPP sekolah anak-anak, listrik, gas, beras, gula, pulsa, dan lain sebagainya. Tak ada obrolan cinta dan suasana mesra.

Sibuk berumah tangga, lelah mencari penghidupan, dan lupa membangun kelekatan. Inilah yang banyak dialami pasangan suami istri.

Ayo Mulai Saling Terbuka

Situs SheKnows melaporkan hasil polling terhadap pembaca. "We asked our readers: What is the most challenging part of marriage? Thousands of women responded, and most agree that communicating with your man is the hardest part about being married". 

"Kami bertanya kepada pembaca kami: Apa bagian paling menantang dalam pernikahan?" demikian isi polling tersebut.  "Ribuan wanita menanggapinya, dan sebagian besar setuju bahwa berkomunikasi dengan pria adalah bagian tersulit dalam menikah", demikian laporan SheKnows.

Ternyata ngobrol terbuka itu bukan hal sederhana pada banyak pasangan. Berbicara, bercengkerama, mengobrolkan berbagai pemikiran dan perasaan, ternyata menjadi bagian tersulit dalam pernikahan mereka. Bukan mencari uang atau mendidik anak, yang paling sulit justru komunikasi dengan pasangan.

Mengapa berbicara dengan pasangan itu sulit? Karena mereka sudah lama tenggelam dalam kesibukan rutin kehidupan. Sibuk dengan karier, sibuk membangun usaha, sibuk dengan hobi, sibuk dengan berbagai urusan pribadi. Sampai lupa membangun kedekatan dengan suami atau istri.

Alexandra Saperstein dari situs YourTango (2019) menyatakan, keterbukaan adalah satu paket dalam komitmen yang dibangun sejak awal pernikahan. Terbuka dengan pasangan adalah bagian dari komitmen pernikahan; bukan sesuatu yang asing atau perlu dibangun secara terpisah.

Saperstein menyatakan, "When we enter into a committed relationship, this commitment should include an obligation to air grievances respectfully rather than to hoard our resentments privately. Ketika kita menjalin hubungan yang berkomitmen, komitmen ini harus mencakup kewajiban untuk menyampaikan keluhan dengan hormat dan bukannya menyimpan kebencian kita secara pribadi".

Terkadang seorang istri berharap suaminya "mengerti sendiri" keinginan, pikiran dan perasaannya. Harapan seperti ini tentu berlebihan, dan justru menghadirkan kekecewaan. Sejatinya suami dan istri harus saling membuka diri, agar dimengerti dan dipahami.

Tak ada yang sulit, jika kedua belah pihak telah menyadari pentingnya komunikasi dan keterbukaan. Hanya butuh kesungguhan dan kebetahan --sebagaimana Nabi saw sangat betah mendengarkan obrolan A'isyah. Bahkan ketika A'isyah bercerita tentang sebelas orang perempuan di masa lalu, dengan detail.

Saperstein berpendapat, "It is your responsibility to voice openly and honestly your feelings and requests. Never assume your partner knows, nor should know, what you are feeling and needing. Instead, speak up respectfully and directly".

Menurut Saperstein, "Merupakan tanggung jawab Anda untuk menyuarakan perasaan dan permintaan secara terbuka dan jujur. Jangan pernah berasumsi bahwa pasangan Anda mengetahui, atau seharusnya mengetahui, apa yang Anda rasakan dan butuhkan. Sebaliknya, bicaralah dengan hormat dan langsung".

Mengasumsikan pasangan akan mengerti "dengan sendirinya" semua perasaan, keinginan dan kebutuhan Anda, justru berpotensi membuat Anda semakin kecewa dan terluka. Sebaiknya Anda bicara. Miliki tradisi bercengkerama --misalnya saat  makan malam, sebelum tidur atau setelah pulang kerja.

Nikmati keterbukaan dan kebersamaan. Bicara pelan-pelan, dari hati ke hati. Jangan berpikir menyerang, menyalahkan dan merendahkan pasangan. Tunjukkan rasa hormat dan penghargaan, niscaya obrolan Anda menyenangkan.

Bahan Bacaan

Alexandra Saperstein, Just Because You're Bored Doesn't Mean It's Not A Healthy Relationship, https://www.yourtango.com, 1 Oktober 2019

SheKnows, What's the Most Challenging Part of Marriage? Readers Reveal! https://www.sheknows.com, 1 April 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun