'Aisyah ra menceritakan tentang kepribadian beliau saw,
- -
"Aku tidaklah pernah melihat Rasulullah saw memukul pembantu, begitu pula memukul istrinya. Beliau tidaklah pernah memukul sesuatu dengan tangannya kecuali dalam jihad (berperang) di jalan Allah". (HR. Ahmad 6: 229. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim).
- Betah Mendengarkan dan Menghargai Pendapat Istri
"Aku mendengarkan pembicaraanmu. Bahkan menghargai pendapatmu. Itulah bentuk cintaku kepadamu".
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah kisah dari 'Aisyah. Kisah ini sangat panjang, disampaikan oleh Aisyah kepada Nabi saw. "Sebelas wanita duduk-duduk kemudian berjanji sesama mereka untuk tidak menyembunyikan sedikitpun seluk-beluk suami mereka..."
Kisah di atas merupakan obrolan suami istri, yaitu obrolan berdua antara Aisyah dengan Nabi saw. Nabi mendengarkan dengan seksama cerita Aisyah yang panjang. Beliau tidak menyela, beliau tidak meninggalkan Aisyah, dan beliau tidak melarang Aisyah bercerita sedemikian panjangnya.
Nabi saw juga mencontohkan menghargai pendapat istri. Dalam kisah Perjanjian Hudaibiyah, kita mengetahui Nabi saw memperhatikan pendapat Ummu Salamah.
Saat itu beliau memerintahkan umat Islam yang hadir dalam perjanjian Hudaibiyah untuk melepas pakaian ihram, menyembelih hewan kurban dan memotong rambut (tahalul). Namun tak ada yang melaksanakan perintah beliau.
Beliau masuk ke dalam tenda menemui istri yang mendampingi, Ummu Salamah. Nabi menceritakan kondisi yang baru saja beliau alami. Beliau tidak tahu lagi harus melakukan tindakan apa.
"Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintahmu? Keluarlah, jangan bicara dengan seorangpun, lalu sembelihlah korban dan bercukurlah."
Beliau pun keluar dan tidak bicara dengan siapa pun. Nabi segera mengerjakan sendiri apa yang beliau perintahkan, sebagaimana saran Ummu Salamah.
- Melakukan Berbagai Tindakan Nyata