Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Overparenting dan Overprotektif dalam Pendidikan Anak

23 Mei 2024   22:01 Diperbarui: 23 Mei 2024   22:08 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.npr.org/

"Overprotectiveness conveys to the child a sense that the world is dangerous. It reinforces avoidance and keeps children from engaging in social situations restricting the opportunities to build friendships and learn social skills. Children raised with overprotective parenting tend to have less competent social skills" --Pamela Li, 2023.

Sebagian orangtua tanpa sadar melakukan tindakan overparenting. Mereka sangat ingin menjaga dan melindungi anak. Namun dengan cara yang berlebihan.

Tentu semua orangtua ingin menjaga anak-anak dari berbagai hal negatif. Semua orangtua ingin melihat anaknya sukses dan bahagia.

Namun ketika tindakannya terlalu melindungi dan terlalu membantu secara teknis, justru membuat anak tidak mencapai kedewasaan dan kemandirian. Tindakan ini yang disebut sebagai overprotektif.

Gejala Tindakan Overprotektif

Fokus tunggal orang tua yang overprotektif adalah menjaga keamanan anak-anak. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional atau psikis. Mereka ingin anak-anak selalu aman, nyaman dan bahagia.

"Overprotective parents show guarding behavior that is excessive considering the child's developmental stage and the actual risk level in their environment" --Pamela Li, 2023.

Orangtua seperti ini selalu terobsesi dengan keamanan anak-anak, meskipun tinggal di lingkungan yang aman. Tingkat perlindungan yang mereka berikan melebihi tingkat risiko aktual yang sesungguhnya bisa terjadi.

Orangtua bersikap overprotektif karena ingin melindungi anak-anak dari marabahaya. Sekaligus membantu anak-anak mencapai keberhasilan dalam hidup. Itu sebabnya mereka sibuk membantu mengatasi berbagai rintangan, hambatan serta tekanan dari kehidupan anak-anak.

Pamela Li (2023) menyatakan, "Tindakan overprotektif menyampaikan kepada anak perasaan bahwa dunia ini berbahaya. Ini memperkuat penghindaran dan membuat anak-anak tidak terlibat dalam situasi sosial, membatasi kesempatan untuk membangun persahabatan dan belajar keterampilan sosial. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh overprotektif cenderung memiliki keterampilan sosial yang kurang kompeten".

"These parents obsess with their children's physical safety, even though they usually live in a relatively safe environment. The levels of protection exceed the much lower level of actual risk" --Pamela Li, 2023.

Secara umum, orangtua akan berusaha melindungi anak-anak. Orangtua selalu mencintai dan peduli dengan anak-anak, dan ingin memastikan anak-anak selalu sehat, bahagia, dan sukses. Mereka ingin melindungi kesejahteraan anak-anak dengan mencegah penyakit, perasaan sakit hati, dan kegagalan.

Izinkan Anak Belajar dari Pengalaman Kehidupan

Pendekatan pengasuhan seperti ini sering dipilih oleh orangtua dalam mengekspresikan kasih sayang, tetapi berlebihan dan salah arah. Sebab ketika ayah dan ibu membantu terlalu banyak, mengintervensi terlalu dalam untuk melindungi anak dari semua hal buruk, anak-anak justru menjadi lemah dan manja.

"Overprotective parents are often anxious parents who are preoccupied with dangers. Parents who suffer from anxiety or panic disorder are prone to show overparenting behavior" --Clarke, Cooper, Creswell, 2013.

Orang tua yang terlalu protektif sering kali adalah orang tua yang cemas yang disibukkan dengan bahaya. Orangtua yang menderita gangguan kecemasan atau panik cenderung menunjukkan perilaku overparenting.

Jatuh dan berdarah adalah wajar. Gagal adalah wajar. Kepanasan  dan berkeringat terkena sinar matahari adalah wajar. Basah dan kehujanan adalah wajar. Sesekali terkena sakit demam dan flue adalah wajar. Karena justru itu yang akan menguatkan kepribadian dan jiwa anak-anak.

Mereka akan belajar dari kehidupan nyata. Bukan pasrah kepada semua perlindungan orangtua yang totalitas.

Maka izinkan anak Anda untuk belajar dari kegagalan. Izinkan anak Anda belajar dari kesulitan. Izinkan anak Anda belajar dari keterbatasan.

Yang penting tidak dalam dosa, maksiat dan kejahatan. Yang penting mereka selalu berada dalam koridor kebaikan.

Bahan Bacaan

Clarke K, Cooper P, Creswell C, The Parental Overprotection Scale: Associations with Child and Parental Anxiety. Journal of Affective Disorders, dipublikasikan dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov, November 2013

Pamela Li, Overprotective Parents, Causes, Signs and Effects, https://www.parentingforbrain.com, 24 April 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun