Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Apakah Harus Begadang Semalam Suntuk untuk Menunggu Lailatul Qadar?

1 April 2024   11:50 Diperbarui: 1 April 2024   12:34 2601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Barangsiapa yang menghadiri shalat berjamaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut."

Pernyataan Imam Syafi'i dan Imam Malik di atas, sesuai dengan hadits dari 'Utsman bin 'Affan, bahwa Nabi saw bersabda,

"Barangsiapa yang menghadiri shalat 'Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat 'Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh" (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

Kedua, melaksanakan shalat tarawih. Nabi saw telah bersabda,

"Barangsiapa melaksanakan shalat (tarawih) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni" (HR. Bukhari no. 1901).

Ketiga, memperbanyak doa tuntunan Nabi saw, "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni".

Dari 'Aisyah ra ia berkata, "Aku pernah bertanya pada Rasulullah saw, jika ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar, doa apa yang mesti aku ucapkan?"

Rasul saw menjawab, "Berdoalah: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni. Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku" (HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850).

Keempat, yang paling sempurna adalah melaksanakan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Nabi saw bersabda,

"Barangsiapa yang hendak beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia melakukannya pada sepuluh yang terakhir" (HR. Bukhari).

Sepuluh hari terakhir Ramadan, bermula pada malam ke duapuluh (jika puasa 29 hari), atau malam ke duapuluh satu (jika puasa 30 hari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun