Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aja Cedhak Kebo Gupak

19 Januari 2024   06:44 Diperbarui: 19 Januari 2024   07:10 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: wikimedia + canva, dokumen pribadi

Serial Wonderful Life -- 4

Manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Keberadaannya tidak bercorak 'soliter' yang suka menyendiri. Justru manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Kebahagiaan, keberhasilan, pun kegagalan dalam kehidupan manusia, ada peran orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Maka persahabatan, persaudaraan, dan komunitas menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dengan hubungan sosial seperti ini, mereka bisa saling memberikan manfaat satu dengan yang lain.

Masalahnya adalah, siapakah yang menjadi teman? Seperti apa komunitas yang dibangun atau diikuti? Rupa-rupanya manusia sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya.

Jika berteman dan berkomunitas dengan kebaikan, seseorang akan cenderung terbentuk menjadi baik. Pun ketika berteman dan berkomunitas dengan kejahatan, seseorang akan cenderung terbentuk menjadi jahat.

Aja Cedhak Kebo Gupak

Inilah makna yang terkandung dalam pitutur "aja cedhak kebo gupak". Arti secara harfiah, aja (jangan) cedhak (dekat) kebo (kerbau) gupak (berlepotan kotoran).

Sebuah nasihat dan kebijakan mulia, agar kita tidak berdekat-dekat dengan kerbau yang berlepotan dengan kekotoran. Dalam masyarakat petani, kerbau adalah binatang yang sangat bermanfaat. Kerbau menjadi sahabat petani dalam mengolah lahan.

Saya ingat ketika masih kecil, sering ikut para petani menggarap lahan sawah ayah. Saat itu, ayah memiliki banyak lahan sawah yang dikerjakan oleh tetangga dengan sistem bagi hasil. Karena ayah saya pegawai negeri, ia tidak memiliki cukup waktu untuk mengurus lahan pertanian.

Setiap kali musim tanam, para petani akan menyiapkan lahan agar siap ditanami padi. Peralatan yang dibawa petani adalah garu dan luku, dengan tenaga dua ekor kerbau. Begitu kerbau sudah mulai masuk lahan sawah untuk bekerja, akan langsung "gupak"atau berlumuran dengan lumpur.

Kerbau yang membantu para petani bekerja di tempat yang penuh lumpur. Ini yang membuat mereka selalu kotor. Bayangkan jika Anda sudah siap berangkat ke kantor, mengenakan baju kerja berwarna putih, lalu mendekat ke kerbau yang baru selesai membajak lahan, pasti lumpur yang menempel di sekujur tubuhnya akan mudah mengotori Anda.

Ini yang juga dialami para petani. Mereka juga akan berlepotan dengan lumpur sawah saat bekerja membajak lahan. Berkotor-kotor dengan lumpur sawah bersama kerbau. Karena tidak ada cara untuk menggarap lahan kecuali harus berinteraksi dengan lumpur yang pasti akan mengotori badan.

Kerbau dan lumpur sawah ini menggambarkan keadaan yang kotor. Seseorang yang baru selesai mandi, kemudian mengenakan pakaian pesta atau pakaian kerja yang bersih, rapi dan wangi --lalu berdekatan dengan kerbau yang berlumuran lumpur sawah, akan mudah mengotori pakaian dan badan orang tersebut.

Berbeda halnya dengan ketika orang tersebut berdekatan dengan teman-teman kerja yang sudah sama-sama bersih, rapi dan wangi. Kebersihan dan kewangian penampilannya akan tetap terjaga saat bersama orang-orang yang bersih dan rapi.

https://jateng.tribunnews.com/
https://jateng.tribunnews.com/

Perhatikan Lingkungan Pergaulan 

Hal seperti inilah yang diingatkan 14 abad yang lalu oleh Nabi saw. Beliau mengajarkan agar memperhatikan teman bergaul. Jangan sampai salah memilih teman pergaulan, karena akan bisa menyesatkan dan menjerumuskan. Dalam hadits, Nabi Saw menyatakan,

 

"Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya" (HR. Abu Dawud, At -Tirmidzi dan Imam Ahmad).

Demikian pula Nabi saw mengingatkan tentang keterpengaruhan manusia oleh lingkungan sekitar. Perumpamaan yang beliau sampaikan adalah tentang penjual minyak wangi dan pandai besi.

,

"Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu mendapatkan olesan atau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir" (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas memberikan pesan, perhatikan teman pergaulanmu, karena mereka yang akan membentuk dirimu. Ini bisa dipahami dalam makna yang sangat luas. Misalnya, jika kita berteman dengan orang-orang yang malas, akan membangun jiwa malas pula dalam diri kita. Jika kita berteman dengan orang-orang yang positif, akan membangun jiwa positif pula dalam diri kita.

Seseorang mudah menjadi pemabok, jika berada dalam lingkungan para pemabok. Seseorang mudah menjadi penjudi, apabila berada dalam lingkungan para penjudi. Seseorang mudah menjadi pencuri, apabila berada dalam lingkungan para pencuri.

Demikian pula, seseorang mudah menjadi penghafal Qur'an, apabila berada dalam lingkungan para hafizh Qur'an. Seseorang mudah menjadi pembelajar, apabila berada dalam lingkungan para pembelajar. Seseorang mudah menjadi aktivis masjid, apabila berada dalam lingkungan orang-orang yang rajin ke masjid.

Komunitas Sejenis

Bahkan kecenderungan orang akan memilih komunitas yang sejenis. Dalam hadits yang lain, dinyatakan "Ruh manusia itu seperti tentara yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berpisah" (HR. Muslim).

Pepatah China menyatakan, "Burung yang sama akan hinggap di dahan yang sama". Kita tidak akan menemukan satu dahan yang berisi banyak jenis burung. Kecenderungan burung hanya mau hinggap dengan jenis burung yang sama.

Maka perhatikan, siapa yang "hinggap" bersamamu? Di dahan yang mana kamu hinggap, dengan siapa kamu menetap? Semua pertemanan akan memberikan pengaruh, baik maupun buruk.

Jika ingin bersih, jangan berteman dengan kebo gupak. Bertemanlah dengan orang-orang bersih. Anda akan selalu terjaga dalam kebersihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun