Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Urip Iku Urup

17 Januari 2024   15:23 Diperbarui: 17 Januari 2024   15:46 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, by Canva

Serial Wonderful Life -- 2  

Salah satu pitutur luhur (nasihat kebijakan) dalam masyarakat Jawa adalah "urip iku urup". Makna secara harfiah, urip (hidup) iku (itu) urup (nyala).

Dalam bahasa Jawa, urup artinya nyala, sedangkan murup (ma+urup) artinya menyala. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijumpai kata murup, yang diserap dari bahasa Jawa.

KBBI menjelaskan murup artinya menyala; berkobar. Murup juga bermakna terang sekali (tentang warna).

Jika dikatakan "genine wis murup", artinya apinya sudah menyala atau berkobar. Dikatakan juga "lampune wis murup", artinya lampunya sudah menyala atau terang benderang.

Dengan demikian, ungkapan urip iku urup mengandung pengertian, hidup itu (harus) menyala agar terang benderang. Hidup itu (harus) berkobar, agar menerangi sekitar.

Orang-orang tua zaman dulu memberikan pelajaran tentang kehidupan, bahwa hidup itu hendaknya bersinar terang. Hidup itu hendaknya menyala dan berkobar. Jangan redup, jangan sayup, jangan lemah, nglokro atau loyo.

Urup itu artinya bersemangat. Ada manusia yang hidupnya penuh gairah dan vitalitas. Wajahnya cerah, tubuhnya selalu aktif berkegiatan. Tidak klumprak klumpruk. Tidak klemar klemer. Tindakannya tas tes, bat bet, sat set. Membuat orang lain ikut bersemangat dan turut termotivasi dalam kebaikan.

Urup itu artinya memberi manfaat. Ada orang-orang yang hidupnya dihabiskan untuk memberi manfaat bagi orang lain. Mereka tidak mau menjadi beban bagi orang lain. Di manapun mereka berada, selalu berbuat untuk sesama. Selalu peduli, selalu berbagi.

Urup itu artinya mencerahkan. Ada orang-orang yang hidupnya digunakan untuk memberikan pencerahan pada masyarakat. Mereka adalah para penyuluh, yang memberikan ilmu, yang mendedikasikan keterampilan dan pengetahuan untuk mendidik serta mencerdaskan orang banyak.

Urup itu cahaya. Nasihat ini mengajarkan agar hidup kita seperti nyala api, yang menerangi kegelapan. Sepanjang hidup dikandung badan, hendaknya kita selalu "menyala" yang memberikan cahaya bagi lingkungan sekitar. Selalu bersinar terang yang memberikan petunjuk dan arah bagi yang membutuhkan.

Urup itu tidak egois. Sesungguhnyalah hidup kita di dunia ini bukan sekedar untuk mengurus diri sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang harus saling tolong menolong dan saling berbagi kepada sesama. Hidup harus memberi manfaat kebaikan bagi orang lain.

Demikianlah Islam telah mengajarkan kepada umatnya agar selalu memberi manfaat bagi orang lain. Nabi saw telah bersabda,

"Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim" (HR. Muslim no 2699).

"Barangsiapa yang biasa membantu hajat saudaranya, maka Allah akan senantiasa menolongnya dalam hajatnya" (HR. Bukhari no. 6951 dan Muslim no. 2580).

, , , , ,

"Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri'tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh" (HR. Thabrani di dalam Al-Mu'jam Al-Kabir no. 13280. Syaikh Al-Albani mengatakan: hadits ini hasan).

Sangat jelas pengarahan dalam berbagai hadits di atas, bahwa hidup harus bermanfaat bagi sesama. Manfaat yang kita berikan kepada sesama ibarat api yang menyala. Cahaya yang dimunculkan memberikan manfaat bagi sekitar. Menerangi dan memberi petunjuk.

Urup itu kontribusi nyata. Hidup kita harus memiliki kontribusi bagi kebaikan orang lain. Tidak boleh egois dan memikirkan diri sendiri. Apalagi sampai membuat keonaran di tengah masyarakat, atau melakukan tindakan yang merusak kehidupan bangsa dan negara.

Urup (nyala) dan murup (menyala) juga simbol semangat dan motivasi yang terus menerus. Hidup tidak boleh lemah, loyo, dan mudah menyerah serta putus asa. Jangan sampai hidup tanpa gairah dan tanpa motivasi.

Maka hiduplah dengan semangat, penuh gairah, penuh motivasi, penuh vitalitas. Bukan sekedar untuk diri sendiri, tetapi untuk keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan peradaban dunia. Berikan kontribusi dengan apa yang kita miliki.

Karena, "urip iku urup".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun