Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Apa Kunci Utama Menjaga Keutuhan Keluarga di 2024?

1 Januari 2024   21:05 Diperbarui: 6 Januari 2024   08:37 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Subdirektorat Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama (Kemenag RI) Agus Suryo Suripto menyatakan bahwa hingga akhir 2023 Indonesia sedang menghadapi masalah keluarga yang serius. Menurutnya, satu dari empat pernikahan di Indonesia berakhir di Pengadilan Agama.

"Perceraian di Indonesia itu 24,8 persen. Ini ngeri sekali," ungkap Agus Suryo (6 Oktober 2023). Menurut laporan Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), di sepanjang 2022 terjadi 516.344 kasus perceraian di Indonesia. Data BPS dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang meningkat.

Faktor ekonomi tidak lagi mendominasi. Perselisihan dan pertengkaran menjadi faktor utama penyebab perceraian nasional sepanjang tahun 2022. Jumlahnya mencapai 284.169 kasus atau setara 63,41% dari total kejadian perceraian. Sedangkan faktor ekonomi sebagai penyebab perceraian di urutan kedua, sebanyak 110.939 kasus atau 24,75%.

Menemukan Faktor Pembangun Keutuhan Keluarga

"Perselisihan dan pertengkaran" disebut sebagai faktor paling dominan yang menyebabkan perceraian di Indonesia. Tentu ada sangat banyak sebab yang memicu lahirnya perselisihan dan pertengkaran terus menerus tersebut. Ini menjadi tren penyebab perceraian yang bisa terus dominan.

Melihat faktor paling utama penyebab cerai di Indonesia adalah perselisihan dan pertengkaran, berarti yang diperlukan untuk menguatkan ketahanan keluarga Indonesia pada tahun 2024 dan tahun-tahun berikutnya adalah kemampuan untuk mengelola perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri.

Ini bukan saja soal teknis "how to" --namun menyangkut aspek yang lebih fundamental. Hal-hal apakah yang bisa meminimalisir perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri? Faktor apakah yang akan mampu membangun keutuhan sebuah keluarga, meskipun di dalamnya terdapat perselisihan dan pertengkaran?

Saya jadi teringat pengalaman yang diceritakan Mark Manson, seorang konsultan pengembangan diri, bloger dan penulis buku "Everything is F*cked: A Book About Hope" serta beberapa buku laris lainnya. Saat resepsi pernikahan, Mark bertanya dan meminta nasihat kepada beberapa tamu undangan.

Namun kemudian Mark berpikir, mengapa tidak sekalian saja memperluas jangkauan pertanyaan kepada ratusan ribu pembaca blog pribadinya, di markmanson.net? Jika ia bertanya dan meminta pendapat melalui blog, akan semakin banyak nasihat didapatkan.

Akhirnya, melalui blog tersebut, Mark mengajukan sejumlah pertanyaan kepada para dua kelompok pembaca. Kelompok pertama adalah mereka yang sudah menikah lebih dari 10 tahun, dan masih bahagia dengan pernikahannnya. Kelompok kedua adalah mereka yang pernah menikah, dan sekarang sudah bercerai dengan pasangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun