"Bagi orang lain hal ini mudah saja. Kalau tidak senang kepada salah satu, cari saja sebab kecil, lalu lepaskan, maka terlepaslah diri dari beban berat. Kalau terjadi demikian, kita telah meremuk-redamkan hati seorang ibu yang ditelantarkan".
"Janganlah beristeri lebih dari satu hanya dijadikan semacam percobaan, sebab kita berhadapan dengan seorang manusia, jenis perempuan. Hal ini menjadi sulit bagiku, karena aku adalah aku, karena aku adalah gurumu dan guru orang banyak".
"Aku lemah dalam hal ini, wahai Abdul Malik. Aku ingin engkau bahagia! Aku ingin engkau jangan membuat kesulitan bagi dirimu. Peganglah ayat Tuhan : Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya" (Al Quran, surat An-Nisa' ayat 3).
Pesan-pesan sang guru tersebut menghujam sangat tajam pada jiwa Buya Hamka. Ia memilih menjalani kehidupan dengan satu istri. Setahun setelah Siti Raham berpulang, Buya Hamka menikah dengan Siti Khadijah, hingga akhir hayatnya.
Kisah Buya Hamka adalah tentang menjaga kebaikan keluarga. Bagaimana Buya Hamka mendengar nasehat Sutan Mansur yang merasakan kegalauan setelah menikah lebih dari satu istri. Inilah yang harus menjadi pertimbangan siapapun yang hendak melakukan poligami.
Maka definisi mengkhianati cinta menjadi lebih mudah dipahami dengan belajar dari kisah kehidupan orang-orang di sekitar Buya Hamka di atas. Jika proses poligami dilakukan dengan cara terbaik, tentu tak ada yang dikhianati.
Bahan Bacaan
Haidar Musyafa, Memahami Hamka, The Untold Stories, Imania, 2019
Yunahar Ilyas, Kesetaraan Gender Dalam Al-Quran Studi Pemikiran Para Musafir, Labda Press, Yogyakarta, 2006
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H