(4) Perasaan tidak dimengerti orang lain,
(5) Kehilangan orang yang dicintai,
(6) Keadaan fisik,
(7) Masalah dengan orang tua,
(8) Masalah seksual,
(9) Depresi.
Center of Public Mental Health (CPMH) UGM menyatakan, pada dasarnya, bunuh diri bisa dicegah. Orang dengan pikiran bunuh diri pada umumnya tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya tidak ingin hidup dengan luka dan merasakan sakit.
Membantu orang dengan kecenderungan bunuh diri untuk mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaanya bisa menyelamatkan nyawa. Maka jangan meremehkan kemampuan kita untuk bisa menolongnya.
Upaya pencegahan bunuh diri memerlukan koordinasi dan kolaborasi antar berbagai sektor masyarakat, termasuk sektor kesehatan dan sektor lain seperti pendidikan, tenaga kerja, pertanian, bisnis, peradilan, hukum, pertahanan, politik, dan media. Upaya-upaya ini harus komprehensif dan terintegrasi karena tidak ada pendekatan tunggal yang dapat memberikan dampak pada permasalahan yang rumit seperti bunuh diri.
WHO menyodorkan beberapa upaya berikut ini untuk bisa menjadi tindakan preventif terhadap bunuh diri.
- Membatasi akses terhadap cara-cara bunuh diri, misalnya pestisida, senjata api, obat-obatan tertentu;
- Menumbuhkan keterampilan hidup sosio-emosional pada remaja;
- Mengidentifikasi secara dini, menilai, mengelola dan menindaklanjuti siapa pun yang terkena dampak perilaku bunuh diri.
Tentu yang paling penting adalah menjaga kehangatan suasana keluarga. Saling terhubung satu dengan yang lain. Ada suasana keterbukaan yang melegakan, dan saling support dalam menghadirkan kesejahteraan spiritual, mental, emosional, intelektual, serta finansial.